Surfaktan LPPM IPB Gelar Seminar Pembiayaan Sawit, Jarak pagar dan industri Biodesel

Surfaktan LPPM IPB Gelar Seminar Pembiayaan Sawit, Jarak pagar dan industri Biodesel

Berita

Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM-IPB menggelar Seminar Nasional “Pembiayaan Pengembangan Perkebunan Sawit, Jarak pagar dan indutri Biodesel, Kamis (23/2) di Ruang Mahoni, Gedung MMA IPB Gunug Gede.

Peserta yang hadir dalam seminar ini terdiri dari para pelaku bisnis, peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga litbang, pejabat pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum yang tertarik dan membutuhkan informasi mengenai sistem pembiayaan perkebunan dan industri. Jumlah Peserta dibatasi 200 orang.

Beberapa pembicara yang terdaftar dalam seminar tersebut adalah, Menteri BUMN, Ir. Sugiharto, Ketua SBRC LPPM IPB, Dr. Ir. Erliza hambali, Managing Direktur Peace Ecosecuruties Indonesia, Agus Pratama Sari, Deputi Bidang Pembiayaan kantor Mennegkop dan UKM, Prof. Dr.Ir. Eriyatno, Direktur Kresna Securities, Michael Steven, Direktur PT Rekayasa Industri, Ir. Triharyo Indrawan Susilo, MSChe., Direktur Coorporate Affair Asian Agri, Eddy Lucas, Phd, Direktur International Centre for Applied Finance and economics, Dr. Iman Sugema, Direktur PTPN V, Direktur BRI, Direktur Bank Syariah Mandiri, Direktur Bank Bukopin, dan Ir Hasan hambali, MM.

Seminar ini pada dasarnya dilatar belakangi bahwa biodiesel bersifat ramah lingungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah, efisiensi pembakarannya lebih baik, terbakar sempurna (clean burning) dan tidak menghasilkan racun (non toxic)

Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel diperlukan dukungan ketersediaan bahan baku minyak nabati (minyak sawit, minyak jarak pagar ataupun minyak lainnya) dan teknologi pengolahannya. Dukungan perkebunan sebagai pemasok bahan baku dan dukungan industri sebagai pengolah bahan baku menjadi produk biodiesel sangat diperlukan agar kontinuitas produksi biodiesel terjaga dengan baik.

Untuk kegiatan pengembangan perkebunan dan industri, khususnya bagi perkebunan sawit dan jarak pagar serta industri biodiesel dibutuhkan dukungan sistem pembiayaan demi terjaminnya aktivitas produksi dan keberlangsungan usahannya.

Atas dasar ini maka Pusat Penelitan Surfaktan dan Bioeneri LPPM – IPB mengadakan seminad dengan tema “Pembiayaan Pengembangan Perkebunan Sawit, Jarak pagar dan indutri Biodesel”.

Usai sambutan, Rektor IPB, Pror.Dr.Ir. H.A.A. Mattjik, M.Sc., mengatakan, usaha yang dilakukan IPB dengan kerjasama beberapa instansi lainnya ini merupakan salah satu cara membantu pemerintah dalam BBM.

“Negara kita sedang dalam masalah krisis energi. Pada dasarnya banyak sekali sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti BBM, seperti minyak jarak, kelapa sawit, dan lainnya,” ujarnya.

Rektor melihat, minyak jarak memiliki prospek yang baik ke depan. Pasalnya tanaman jarak pagar bisa beradaptasi di tanah marjinal.

“Sepengetahuan saya, Indonesia memiliki tanah marjinal seluas 40 juta hektar. Saya perkirakan, jika dalam satu hektar minimal menghasilkan 1,5 ton minyak jarak, maka dalam 40 juta hektar itu bisa menghasilkan 300 ribu barrel perhari.
Hal tersebut sama dengan subsidi atau membeli sebanyak 300 ribu barell BBM perhari. Itu hanya pada awalnya saja, apalagi jika sudah tahun ke dua, tiga, dan setersunya hasilnya bisa sampai 5 ton perhektar, ini akan membantu sekali,” ujarnya.

Dalam Jarak Pagar ini Rektor mengatakan, IPB bisa memfasilitasi dalam pembibitan, konsultasi, tenaga ahli, teknologi dan sebagainya.

Sementara itu ketua panitia, Dr. Ir. Dadang, M.Sc., mengatakan, untuk seminar sekarang berbeda dengan tahun lalu yang membahas tanaman jarak pagar dari hulu sampai hilir.

“Dulu seminar Jarak Pagar belum membahas sistem pembiayaan. Maka dari itu untuk seminar sekarang ini dibahas sistem pembiayaan agar orang tahun kalau menanam jarak pagar itu pelu pembiayaan modal,” ujarnya. (man)