Lawalata – IPB Temukan Trenggiling (“Manis javanica†)di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Perkumpulan Mahasiswa Pencinta Alam IPB (LAWALATA – IPB) menemukan Trenggiling “Manis javanica†yang merupakan salah satu satwa liar langka yang dilindungi di Indonesia. Hewan pemakan serangga (insektivora) ini ditemukan di Hutan Pinus Kampung Tapos, Desa Sukaharja, Keamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor masih Kawasan Taman nasional Gunung Halimun Salak, Sabtu (24/12/05)
Ketua LAWALATA – IPB, Annas Radin Syarif ketika diwawancara mengatakan, penemuan tersebut berawal pada tanggal 23 Desember 2005 pada saat LAWALATA – IPB mengadakan latihan metode Komunikasi dan Tekhnik Survival di Kawasan Gunung Salak.
Latihan ini diikuti oleh sekitar 7 orang Calon anggota di bawah bimbingan Badan Pembinaan Calon Anggota LAWALATA –IPB . Setelah pemberian materi di skretariat LAWALATA , para peserta berangkat menuju ke lapangan dengan menumpang angkutan kota.
â€Pada hari itu sebagian peserta tidak bisa berangkat karena ada keperluan yang mendesak. Untuk itu para peserta yang tidak berangkat hari ini akan berangkat besoknya (24/12).,†ujarnya.
Kemudian sekitar pukul 22.00 wib, mereka berjalan menuju lokasi survival (hutan pinus) melewati perkebunan penduduk. â€Ditengah perjalanan kami bertemu dengan MAPALA Djuanda yang sedang mengadakan latihan. Karena sudah larut malam, kami langsung melanjutkan perjalanan ke hutan pinus yang terletak di perekebunan, dan melakukan pemeriksaan jumlah anggota untuk memastikan tidak ada yang tertinggal,†ujarnya
Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan melalui jalur yang sering dilalui oleh penduduk setempat. Dan pada saat itulah di tengah perjalanan rombongan tersebut dikejutkan oleh seekor hewan yang berjalan pelan di semak-semak.
â€Tanpa berfikir panjang salah satu penduduk yang selama ini mendampingi kami, Otang, langsung menangkap hewan tersebut. Dan setelah diperiksa ternyata hewan Trenggiling (â€Manis javanicaâ€), yang selama ini merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi. Karena kelompok kami tidak ada yang membawa kamera, maka diputuskan untuk dibawa ke lokasi survival, dan diambil gambarnya di sana, kemudian melepaskannya kembali di tempat semula,†ujarnya. (*man)