SUIJI-SLP 2025: Mahasiswa IPB University dan Jepang Eksplorasi Potensi Desa, Belajar dari Masyarakat Lokal

SUIJI-SLP 2025: Mahasiswa IPB University dan Jepang Eksplorasi Potensi Desa, Belajar dari Masyarakat Lokal

SUIJI-SLP 2025 Mahasiswa IPB University dan Jepang Eksplorasi Potensi Desa, Belajar dari Masyarakat Lokal
Student Insight

Mahasiswa IPB University bersama mahasiswa Jepang yang mengikuti program melakukan eksplorasi di tiga desa di Kabupaten Bogor, yaitu Desa Sukajadi, Desa Pasir Eurih, dan Desa Benteng.

Selama sepekan, peserta Six University Initiative Japan-Indonesia Service Learning Program (SUIJI-SLP) 2025 ini melaksanakan kegiatan dan program di desa guna mengenal lebih dekat berbagai sektor usaha berbasis sumber daya lokal.

Di Desa Sukajadi, peserta berkesempatan menyaksikan langsung proses budi daya jangkrik, mulai dari teknik pemeliharaan, pemberian pakan, hingga metode panen berkelanjutan. Selain itu, mereka juga mengunjungi usaha budi daya jamur tiram dan memahami tahapan pembibitan hingga panen.

Selanjutnya, dalam sesi Tilapia Fish Processing, peserta belajar mengolah ikan nila menjadi produk bernilai tambah seperti dimsum ikan.

Nicholas, mahasiswa IPB University, mengungkapkan pengalamannya, “Kegiatan ini memberikan pengalaman luar biasa. Saya belajar banyak tentang pengolahan ikan nila dan bagaimana produk lokal dapat memiliki nilai tambah jika diolah dengan baik.”

Setelahnya, di Desa Sukajadi, peserta melakukan kunjungan ke kebun stroberi Strawberry Rancage untuk mempelajari teknik budi daya stroberi, serta memetik dan mencicipi hasil panennya.

“Sangat menyenangkan bisa belajar mulai dari menanam hingga memanen stroberi,” ujar Hsu Mon Kyaw, salah satu peserta dari Jepang.

Masih di Desa Sukajadi, mahasiswa membuat makanan khas Nusantara seperti kue noga, jipang, dan kue ali. Mereka juga meracik sari buah pala, minuman tradisional yang menyegarkan.

“Kuenya enak, kegiatan ini benar-benar membuka wawasan kami tentang kekayaan kuliner Indonesia. Tekniknya sederhana, tetapi ternyata tidak mudah juga membuatnya,” ungkap Shabrina, mahasiswa IPB University.

Di Desa Pasir Eurih, peserta mengenal lebih dalam pertanian dan budaya lokal dengan memanen pala yang diolah menjadi ekstrak sari pala dan manisan pala. Mereka juga memanen kacang panjang serta mencoba Gepyok Padi, metode tradisional perontokan padi. Kegiatan diakhiri dengan pertunjukan tari Manuk Dadali, yang menjadi bagian dari pelestarian budaya lokal.

Peserta juga membuat dan memainkan permainan tradisional seperti pletokan, enggrang, bakiak, dan cepretan. Billie Hadriano, salah satu peserta, berbagi pengalamannya, “Kami tidak hanya belajar membuat permainan, tetapi juga memahami filosofi di baliknya, yaitu kerja sama, keseimbangan, dan ketangkasan.”

Setelahnya, mereka mempersiapkan bahan untuk mengajar di “Kelas Impian” dan membuat pohon cita-cita sebagai simbol harapan mereka ke depan.

Wisata budaya pun tak luput dari eksplorasi desa oleh peserta di Pasir Eurih. Mereka juga mengunjungi situs bersejarah Batu Kerut dan Petilasan Surya Kencana.

Sementara itu, di Desa Benteng, peserta melakukan tracking menyusuri desa dan melihat instalasi hidroponik dalam program Benteng Mandiri Pangan. Mereka juga mengunjungi Kelompok Tani Cahaya Tani untuk belajar tentang budi daya jambu kristal yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Kemudian, peserta juga mengunjungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) rumah produksi kedelai Soya Ayu di Desa Benteng untuk memahami industri rumahan berbasis bahan baku lokal. Mereka dikenalkan dengan proses produksi tahu, tempe, susu kedelai, serta camilan berbasis kedelai. Dengan bimbingan pemilik usaha, mahasiswa mempraktikkan langsung pembuatan olahan kedelai, termasuk proses fermentasi tempe dan pembuatan susu kedelai yang higienis.

Tak hanya itu, peserta SUIJI-SLP 2025 juga berkesempatan untuk mendalami budi daya ubi ungu serta inovasi tepung singkong di Kampung Cassava, Desa Benteng. Mereka mempelajari proses penanaman, teknik pemeliharaan, dan metode panen yang optimal. Selain itu, peserta melihat langsung pembuatan tepung cassava dan berdiskusi dengan petani setempat mengenai praktik pertanian yang diterapkan di Indonesia dan Jepang.

Program SUIJI-SLP 2025 di Kabupaten Bogor membuktikan bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat desa dapat membawa manfaat besar. Melalui eksplorasi potensi lokal, pertanian berkelanjutan, inovasi pangan, serta pelestarian budaya, peserta tidak hanya memperoleh wawasan baru tetapi juga memperkuat hubungan antara Indonesia dan Jepang. Dengan semangat belajar yang tinggi, mahasiswa siap menerapkan pengalaman berharga ini dalam studi dan kehidupan mereka di masa mendatang.