Bahaya Rip Current, Dosen IPB University Ingatkan Wisatawan untuk Waspada

Bahaya Rip Current, Dosen IPB University Ingatkan Wisatawan untuk Waspada

Bahaya Rip Current, Dosen IPB University Ingatkan Wisatawan untuk Waspada
Berita

Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Dr I Wayan Nurjaya menekankan pentingnya kesadaran wisatawan terhadap bahaya yang dibangkitkan oleh rip current.

Rip Current atau arus rabak adalah arus deras yang mengalir menjauhi pantai. Arus rabak ini timbul karena tekanan lebih tinggi di pantai akibat permukaan laut lebih tinggi dari sekitarnya.

“Arus rabak dapat dengan cepat menyeret perenang atau siapa saja yang berada di tempat terjadinya arus tersebut dan mengalirkannya ke tengah laut,” jelas Dr Wayan, pakar IPB University di bidang ilmu kelautan ini.

Lebih jauh ia menerangkan, arus ini umumnya memiliki lebar kurang dari 9,1 meter dan kecepatan mencapai 2,4 meter per detik. Hampir 2,5 kali lebih kuat bila dibandingkan dengan arus Kuroshio atau Gulfstream yang memiliki kecepatan ~1 meter per detik.

“Arus rabak ini umumnya terbentuk di sekitar gelombang pecah, terutama di pantai dengan gundukan pasir atau di batas atau dekat jetty/dermaga,” ucapnya.

Lanjutnya, arus rabak terbentuk salah satunya dari interaksi gelombang ketika memasuki pantai di sekitar lokasi gelombang pecah. “Artinya, gelombang mendekati pantai dan pecah menyebabkan air menumpuk di antara gelombang yang pecah di pantai,” tuturnya.

Berdasarkan data statistik, kejadian kematian akibat arus rabak cukup tinggi, baik di Amerika maupun Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, kejadian ini banyak terjadi di kawasan wisata pantai seperti Palabuhanratu, Parangtritis, dan Bali.

Ia mengimbau agar wisatawan selalu berenang di area yang diawasi penjaga pantai. Selain itu, perlu mengenali tanda-tanda bahaya akibat arus rabak, seperti perubahan warna air atau celah yang tampak jelas pada gelombang yang pecah.

Risiko ini, lanjut Dr Wayan, bisa dikurangi dengan membuat peta bahaya arus rabak. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain memetakan lokasi arus rabak, memasang rambu-rambu, menyiapkan dan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penjaga pantai/coast guard, serta mengedukasi pengunjung sebelum turun ke laut.

Berdasarkan beberapa pengalaman, ia memberikan sejumlah upaya yang bisa dilakukan jika terjebak dalam arus rabak. “Tetaplah tenang dan jangan melawan arus. Berenanglah sejajar dengan pantai hingga keluar dari jalur arus deras,” jelasnya.

“Jika tidak bisa meloloskan diri, mengapunglah dalam posisi terlentang untuk menghemat energi sambil memberi isyarat meminta pertolongan,” imbuhnya.

Sebelumnya, musibah menimpa sekelompok siswa SMPN 7 Mojokerto yang tengah berwisata di Pantai Drini, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 13 siswa dilaporkan terseret arus laut, dengan empat di antaranya meninggal dunia setelah terjebak dalam arus rabak. (dr)