Sering Hujan Lebat Tapi Gerah, Ini Penjelasan Pakar Biometeorologi IPB University

Sering Hujan Lebat Tapi Gerah, Ini Penjelasan Pakar Biometeorologi IPB University

Sering Hujan Lebat Tapi Gerah, Ini Penjelasan Pakar Biometeorologi IPB University
Berita

Belakangan ini, masyarakat sering mengeluhkan cuaca yang tak menentu. Hujan lebat turun hampir setiap hari, tetapi udara tetap terasa gerah dan menyengat.
Dr Rini Hidayati, Pakar Biometeorologi IPB University, menjelaskan bahwa hujan pada bulan-bulan ini bisa berlangsung sepanjang hari, dari siang hingga malam atau pagi hari.

“Di awal musim hujan, hujan lebat sering diawali atau disertai angin kencang. Biasanya, hujan deras terjadi pada sore hari karena sumber uap air berasal dari wilayah sekitar, dan hujan turun setelah udara agak dingin,” ujarnya saat diwawancara reporter Humas IPB (10/2).

Peneliti di Pusat Pengelolaan Peluang dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik IPB University ini menambahkan, saat puncak musim hujan seperti sekarang, uap air dari Samudra Hindia terbawa angin hampir sepanjang hari. Suhu yang lebih dingin pada malam hari semakin meningkatkan peluang terjadinya hujan lebat.

Terkait suhu udara yang terasa panas meski sering hujan, dosen dari Departemen Geofisika dan Meteorologi (GFM) IPB University ini menjelaskan bahwa matahari saat ini sedang berada di atas 10 derajat lintang selatan. Posisi ini dekat dengan wilayah Indonesia, terutama bagian selatan, sehingga energinya tinggi.

“Jika siang hari awan sedang sedikit, energi matahari hari-hari ini akan tinggi. Kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan udara akan terasa panas. Adanya pemanasan global makin menambah tingginya suhu dan tingkat ketidaknyamanan,” ujarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mengeluarkan mengeluarkan peringatan dini pada Senin (10/2) dan Selasa (11/2). Pada dua hari tersebut, BMKG memprediksi sejumlah wilayah diprediksi akan hujan lebat-sangat lebat disertai angin kencang. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk waspada dampak cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi.

Dalam kondisi seperti ini, ia mengingatkan bahwa potensi bencana meningkat. Jika daerah tangkapan air di hulu sungai mengalami kerusakan dan sistem drainase buruk, hujan lebat dapat memicu longsor dan banjir.

Selain itu, hujan deras juga sering disertai angin puting beliung. Pada periode hujan dan diselingi kondisi. masyakarat harus mewaspadai berkembangbiaknya nyamuk Aedes yang menurarkan penyakit demam berdarah.

Ia memprediksi cuaca ekstrem di Indonesia pada umumnya akan berlangsung hingga Maret. Bahkan, pada April masih ada potensi angin kencang karena memasuki musim pancaroba.

Dr Rini menyarankan masyarakat untuk tetap waspada dan mengurangi aktivitas di luar rumah untuk mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrem serta masalah kesehatan, terutama influenza.

“Jaga lingkungan agar sampah tidak menghambat aliran air. Lindungi daerah tangkapan air dengan tidak menggunduli hutan serta tetap menanam pohon. Selain itu, pastikan saluran air tidak tersumbat dan tidak tertutup beton atau semen,” pesannya. (dh)