IPB University Jadi Pusat Unggulan Nasional Program Makan Bergizi Gratis
![IPB University Jadi Pusat Unggulan Nasional Program Makan Bergizi Gratis](https://www.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/IPB-University-Jadi-Pusat-Unggulan-Nasional-Program-Makan-Bergizi-Gratis-770x400.jpg)
IPB University dipercaya Pemerintah Indonesia untuk menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) melalui pendirian Pusat Unggulan Nasional (Center of Excellence/CoE).
Bertempat di kawasan Agribusiness and Technology Park (ATP) IPB University, CoE ini akan menjadi wadah khusus untuk mengembangkan dan mengujicobakan protokol inovatif guna mengatasi berbagai tantangan dan kebutuhan baru program MBG.
CoE ini merupakan hasil kolaborasi multipihak antara IPB University, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Badan Gizi Nasional (BGN), dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF).
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Bappenas, BGN, dan UNICEF yang menetapkan IPB University sebagai CoE untuk program MBG.
Kepercayaan ini menambah daftar pencapaian IPB University, setelah sebelumnya ditunjuk sebagai Pusat Unggulan Antar Universitas Ketahanan Pangan Resilien terhadap Perubahan Iklim.
“IPB University selalu berkomitmen mengoptimalkan peran dosen sebagai peneliti, pelatih, dan inovator, serta memanfaatkan fasilitas laboratorium di berbagai fakultas, departemen, dan pusat studi guna mendukung keberhasilan program MBG,” tuturnya saat pembukaan pendirian dan groundbreaking CoE di ATP IPB University (11/2).
Ia menyampaikan bahwa IPB University siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), koperasi, dan kelompok tani, dalam membangun ekosistem penyediaan pangan.
“IPB University juga akan mengembangkan model dapur berbasis karakteristik lokal, memperkaya menu gizi MBG, serta berinovasi bersama berbagai stakeholder terkait,” ucapnya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Prof Rachmat Pambudi mengatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto sejak lama, bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Ia menyebut, kepedulian Prabowo terhadap kesehatan anak-anak, ibu hamil, dan masa depan generasi bangsa, mendorongnya menginisiasi program ini. Hingga pada akhirnya, program MBG menjadi prioritas utama pemerintah saat ini.
“Program ini bisa menyelamatkan ibu hamil dan bayi serta berperan penting dalam membangun Indonesia yang lebih sehat dan cerdas. Selain itu, dampaknya meluas ke sektor ekonomi yang dapat mendorong pertumbuhan UMKM, meningkatkan permintaan hasil pertanian dan perikanan, serta menciptakan lapangan kerja baru,” ucapnya.
Prof Rachmat juga menekankan pentingnya pemantauan, evaluasi, studi dampak, serta integrasi data secara rutin dalam pengembangan program. Karena itu, ia berharap CoE ini bisa menjadi bagian integral dari upaya tersebut.
“Karena itu, Pak Rektor, kami sangat mengharapkan CoE ini dapat berdiri dan menjadi elemen yang tak terpisahkan dalam pengembangan program ke depan,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Badan Gizi Nasional, Dr Dadan Hindayana mengatakan pentingnya intervensi gizi dalam membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa 60% anak Indonesia belum pernah mengonsumsi makanan bergizi lengkap, termasuk protein, sayur, buah, dan susu.
“Banyak yang mengira anak-anak tidak minum susu karena intoleransi laktosa, padahal faktanya mereka tidak mampu membelinya. Bukti menunjukkan bahwa setelah rutin mengonsumsi susu selama satu tahun lebih, kondisi kesehatan mereka justru semakin baik,” ucapnya.
Lanjutnya, Dr Dadan menyampaikan bahwa pemberian gizi sejak 1.000 hari pertama kehidupan dapat berperan dalam perkembangan otak dan mencegah stunting.
Selain itu, intervensi gizi bagi anak sekolah hingga remaja sangat penting untuk memastikan pertumbuhan fisik yang optimal.
“Dengan strategi ini, Indonesia menargetkan generasi emas 2045 yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat dan kuat,” tuturnya.
UNICEF Indonesia Representative, Maniza Zaman yang hadir dalam acara ini memaparkan data kondisi anak di Indonesia. “Data di Indonesia menunjukkan bahwa 5 juta anak (21,5%) mengalami stunting, 2 juta anak (8,5%) mengalami gizi buruk, dan 1 juta anak (4,2%) mengalami kelebihan berat badan.
Selain itu, hanya 61% anak usia 6–23 bulan yang mengonsumsi makanan dengan keberagaman gizi yang direkomendasikan, sementara 39% lainnya belum mendapatkan asupan nutrisi yang cukup (malnutrisi).
“Malnutrisi ini akan berdampak jangka pendek dan panjang, mulai dari kesehatan dan kemampuan belajar. Oleh karena itu, program Makan Bergizi Gratis dapat menjadi akselerator dalam upaya multisektoral untuk mengatasi malnutrisi di Indonesia,” tuturnya. (dr)