Workshop Visiting Lecture Gagasan BDP IPB University Bahas Intervensi Genetika untuk Tingkatkan Kualitas Produksi Benih Pada Akuakultur
Program Visiting Lecture yang diadakan oleh Departemen Budidaya Perairan (BDP) IPB University kembali dilaksanakan pada Kamis (12/12). Pada hari ketiga, pembahasan workshop lebih mengarah pada aspek produksi benih dengan kualitas baik pada akuakultur.
Pembicara dari berbagai macam latar belakang, termasuk peneliti, akademisi dan praktisi di bidang akuakultur mengisi sesi workshop kali ini. Prof Alimuddin, pakar genetika ikan sekaligus dosen Departemen BDP IPB University membahas mengenai intervensi genetik sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas produksi benih.
Prof Alimuddin dalam pemaparannya menjelaskan cara intervensi genetik yang sudah diterapkan pada akuakultur. Cara tersebut adalah selective breeding, proses hibridisasi ikan (usaha mengawinkan ikan antar strain pada satu spesies), dan rekayasa set kromosom untuk menghasilkan ikan yang steril.
“Di Indonesia, pada bidang akuakultur, telah dicoba cara konvensional dalam usaha pemuliaan ikan, seperti seleksi individu dan famili, hibridisasi, dan rekayasa set kromosom,” ujarnya. Ia melanjutkan, metode modern yang sedang dan akan diupayakan adalah seleksi berbasis marka DNA dan set genome editing.
Sementara itu, Dr Parisa Norouzitallab dari Swedish University of Agricultural Sciences membahas tentang intervensi epigenetik dalam produksi benih di akuakultur.
Dr Parisa mengatakan, intervensi epigenetik dalam akuakultur menjadi satu hal yang penting. “Perubahan iklim mendorong para peneliti untuk dapat meningkatkan kemampuan ikan untuk beradaptasi pada tingkat stres ikan,” terangnya.
Selain itu, lanjut dia, epigenetik juga mampu meningkatkan kemampuan induk jantan (sel sperma) untuk membuahi induk betina (sel telur). “Intervensi epigenetik mampu meningkatkan maturasi sperma induk jantan dalam proses produksi benih ikan,” lanjutnya.
Kemudian Muhammad Fuadi, MSi dari PT Suri Tani Pemuka membahas topik mengenai tantangan dan kendala dalam memproduksi benih.
Fuadi dalam penjelasannya memaparkan empat poin yang perlu diperhatikan pada produksi benih komoditas udang. “Penentuan infrastruktur yang digunakan, penggunaan induk dan pakan alami yang telah terselesaikan dari kontaminan, proses produksi yang memperhatikan biosecurity dan operasional yang baik, serta aspek eksternal seperti kolaborasi dengan instansi untuk mendukung pengembangan riset pembenihan di akuakultur perlu diperhatikan,” ujar dia.
Selain itu, ia menegaskan poin-poin yang menjadi tantangan dalam produksi benih, seperti manajemen induk, penggunaan pakan dan feed additive yang baik, pengelolaan kualitas air, dan pengendalian patogen serta biosecurity dalam produksi.
“Biosecurity yang baik akan memaksimalkan hasil produksi, mengurangi risiko dalam produksi, mengoptimalkan kesehatan, serta mengendalikan patogen. Hal ini membuat konsistensi dapat terjaga selama produksi,” lanjut dia.
Pada kesempatan tersebut, Dr Parisa juga menjabarkan beberapa hasil penelitian dan metode epigenetik yang telah ia dan tim lakukan. Hal tersebut memancing terjadinya diskursus yang menarik antara akademisi, peneliti, dan praktisi dalam upaya meningkatkan produksi benih di akuakultur. (*/Nr)