Departemen Agribisnis IPB University Gelar FGD Angkat Hilirisasi Pertanian dan Reindustrialisasi

Departemen Agribisnis IPB University Gelar FGD Angkat Hilirisasi Pertanian dan Reindustrialisasi

Departemen Agribisnis IPB University Gelar FGD Angkat Hilirisasi Pertanian dan Reindustrialisasi
Berita

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, bekerja sama dengan Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI), sukses menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Hilirisasi Pertanian dan Re-industrialisasi Perekonomian Indonesia”.

Acara yang berlangsung di Gedung Startup Center IPB, Kampus Taman Kencana, Kota Bogor, ini menjadi ajang diskusi strategis lintas sektor untuk mendukung percepatan industrialisasi berbasis pertanian sebagai tulang punggung ekonomi nasional.

Dr Burhanuddin, Ketua Departemen Agribisnis IPB University, membuka kegiatan ini dengan menegaskan pentingnya sinergi antara riset, kebijakan, dan pelaku usaha dalam mewujudkan hilirisasi yang berdampak luas.

Prof Bungaran Saragih, dalam kata pengantar, menyampaikan bahwa pertanian Indonesia telah menunjukkan kemajuan selama 40 tahun terakhir. Namun, transformasi menuju industrialisasi masih menghadapi tantangan besar seperti rendahnya efisiensi teknologi dan tingginya food loss.

“Kita harus menjadikan agroindustri sebagai ujung tombak reindustrialisasi Indonesia. Tanpa hilirisasi, Indonesia hanya akan stagnan di level middle income,” ujar Prof Bungaran.

Materi Strategis untuk Hilirisasi dan Re-industrialisasi
Diskusi dipandu oleh Prof Bayu Krisnamurthi, dengan narasumber dari berbagai instansi strategis. Hadir Wahyu Wijayanto, Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas).

Wahyu Wijayanto memaparkan pentingnya peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akselerasi penerapan teknologi 4.0 untuk mendorong pertumbuhan sektor industri. Sementara itu, Yulia Astuti dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti strategi pengembangan industri agro berbasis produk lokal untuk substitusi impor dan penguatan ekspor.

Moorman Amanda dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyoroti peluang besar investasi dalam sektor hilirisasi, yang mampu menyerap lebih dari tiga juta tenaga kerja hingga 2040. Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pengusaha daerah dan investor besar untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Tantangan dan Rekomendasi Kebijakan
Diskusi juga membahas tantangan utama hilirisasi, mulai dari rendahnya produktivitas di hulu hingga kurangnya fasilitas pendidikan pendukung industri. Para narasumber memberikan berbagai rekomendasi, salah satunya penguatan riset dan pengembangan (R&D) untuk meningkatkan nilai tambah produk.

Rekomendasi lainnya adalah penerapan kebijakan fiskal pro-hilirisasi, seperti subsidi berbasis produksi dan pemotongan pajak, serta pengembangan infrastruktur logistik yang efisien untuk menekan biaya operasional.

Komitmen untuk Masa Depan
Kegiatan ini menegaskan pentingnya peran hilirisasi sebagai motor penggerak reindustrialisasi yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing. “Hilirisasi bukan hanya tentang pabrik, tetapi mencakup seluruh rantai nilai, dari hulu hingga hilir, untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang kuat,” tutur Prof Bayu Krisnamurthi.

Melalui FGD ini, Departemen Agribisnis FEM IPB University berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan kebijakan strategis dan kolaborasi lintas sektor yang mendukung visi Indonesia sebagai negara maju berbasis pertanian dan industri. (NA/Rz)