Lima LRI IPB University Petakan Prioritas Riset Kelautan dan Perubahan Iklim
Lima Lembaga Riset Internasional (LRI) IPB University saling bekerja sama menyelenggarakan mini workshop pemetaan riset kelautan dan perubahan iklim. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh LRI Kemaritiman, Kelautan, dan Perikanan (i-MAR).
Mengambil tempat di Auditorium EDTC, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Kampus IPB Baranangsiang, mini workshop ini diselenggarakan dengan tujuan utama memetakan outstanding riset sekaligus mengidentifikasi research gaps di bidang kelautan dalam kaitannya dengan perubahan iklim.
Kelima LRI IPB University tersebut yaitu LRI i-MAR; LRI Lingkungan dan Perubahan Iklim (LPI); LRI Pangan, Gizi, dan Kesehatan (PGK), LRI Pembangunan Sosial, Ekonomi, dan Kawasan (PSEK), dan LRI Teknologi Maju (TM).
Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah proaktif dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sektor kelautan dan perubahan iklim. Workshop ini juga berperan penting dalam mendukung tridarma perguruan tinggi.
Prof Luky Adrianto, Kepala LRI i-MAR sebagai workshop leader memberikan pengantar workshop tentang kolaborasi lintas sektor untuk menghadapi tantangan kebijakan kelautan terkait dengan perubahan iklim dunia.
“Solusi yang berkelanjutan dan efektif terhadap dampak perubahan iklim di sektor kelautan hanya dapat dicapai melalui kolaborasi lintas sektor. Dalam konteks ini, kita perlu mengintegrasikan pemahaman dan keahlian dari berbagai bidang–pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan komunitas–untuk bersama-sama merancang strategi yang adaptif dan mitigatif sebagai basis dari pembangunan ekonomi biru berkelanjutan (sustainable blue economy),” ujarnya.
Di samping itu, Prof Rizaldi Boer, Kepala LRI LPI, memberikan update terkini dan tantangan riset terkait perubahan iklim dalam kaitannya dengan blue economy dan kebijakan kelautan. “Dalam mengatasi tantangan ini, diperlukan riset interdisipliner yang lebih mendalam serta kolaborasi lintas sektor,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, “Tantangan-tantangan ini, dari pengaruh perubahan iklim terhadap laut hingga pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan, membutuhkan kerangka kebijakan yang lebih kuat dan strategi berbasis bukti yang memprioritaskan keberlanjutan dan kesejahteraan jangka panjang masyarakat pesisir.”
Mini workshop dilanjutkan dengan pemaparan dari para pembicara dan diskusi di setiap sesi yang berlangsung secara tertib dan informatif. Prof Luky Adrianto menutup diskusi untuk memetakan prioritas riset lima tahun ke depan. Riset tersebut berfokus pada pengembangan kebijakan dan inovasi teknologi yang mendukung ekonomi biru dan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap kebijakan kelautan di tingkat nasional maupun global. (DY/LA/Rz)