Bukan Hanya Sawit, Rektor IPB University Ungkap 10 Sumber Bioenergi Potensial untuk Transisi Energi

Bukan Hanya Sawit, Rektor IPB University Ungkap 10 Sumber Bioenergi Potensial untuk Transisi Energi

Bukan Hanya Sawit, Rektor IPB University Ungkap 10 Sumber Bioenergi Potensial untuk Transisi Energi
Berita

Dalam acara REPNAS National Conference & Awarding Night yang digelar pada Senin (14/10) oleh CNBC Indonesia bersama Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS), Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menekankan pentingnya mengeksplorasi sumber-sumber bioenergi selain kelapa sawit. Langkah ini penting untuk mendukung transisi energi Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

Ia menyebutkan ada 10 sumber bioenergi yang sangat potensial untuk dikembangkan di era pemerintahan baru ini, di antaranya karet, sekam padi, sampah, tebu, hingga kayu.

“Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang bisa dikembangkan sebagai bioenergi. Ini saatnya kita memaksimalkan semua potensi yang ada agar energi terbarukan kita semakin beragam dan berkelanjutan,” terangnya.

Prof Arif menyoroti pentingnya mengelola limbah pertanian dan industri yang selama ini terabaikan. Salah satu contoh yang disorot adalah sekam padi, yang sering kali hanya menjadi limbah.

“Sekam padi selama ini tidak dimanfaatkan. Padahal, jika dikelola dengan baik, sekam padi bisa menjadi bahan bakar biomassa yang sangat potensial,” terang dia.

Ia juga mengungkap potensi karet dan tebu. “Limbah dari tebu, seperti ampasnya, sangat berpotensi untuk dijadikan bahan bakar biomassa. Ini bisa menjadi alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan,” tambahnya.

Kayu yang selama ini digunakan untuk konstruksi, juga bisa diolah menjadi briket atau pellet untuk bahan bakar. Selain itu, sampah organik juga bisa menjadi sumber energi penting.

“Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan gasifikasi sampah untuk menghasilkan energi yang lebih bersih dan efisien,” kata Prof Arif. Upaya ini, sebutnya, juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Menurutnya, limbah dari kelapa sawit, seperti tandan kosong dan serat sawit, juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Singkong juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, yang dapat diproduksi secara lokal.

“Cassava selama ini hanya digunakan untuk pangan, padahal bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif,” ujar Prof Arif.

Potensi lainnya yang mesti diperhatikan adalah mikroalga, yang dapat menjadi bahan baku biodiesel dan bioetanol di masa depan. “Mikroalga memiliki potensi luar biasa sebagai bahan bakar yang sangat ramah lingkungan. Meski masih dalam tahap riset, kita harus terus mengembangkannya,” ujarnya.

Potensi lain adalah jerami padi dan batang jagung dapat diolah menjadi bahan baku biomassa. Prof Arif menekankan bahwa untuk mewujudkan potensi ini, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi sangat diperlukan.

“Riset yang kuat dan teknologi yang tepat sangat penting agar hasil riset bisa diimplementasikan dengan baik dan mampu mencapai ketahanan energi dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sesuai dengan komitmen menuju NZE 2060,” tutupnya. (MW/Rz)