Rumah Camago: Solusi Mahasiswa IPB University Upayakan Olah Sampah Organik Jadi Sumber Daya Berkelanjutan

Rumah Camago: Solusi Mahasiswa IPB University Upayakan Olah Sampah Organik Jadi Sumber Daya Berkelanjutan

Rumah Camago Solusi Mahasiswa IPB University Upayakan Olah Sampah Organik Jadi Sumber Daya Berkelanjutan
Berita

Dalam upaya mengatasi masalah sampah organik yang semakin menumpuk, konsep ‘Rumah Camago’ diusung mahasiswa IPB University sebagai solusi inovatif dan ramah lingkungan. Rumah Camago atau Rumah Cacing dan Maggot mengedepankan pendekatan zero waste dengan memanfaatkan dua organisme tersebut untuk mengolah sampah organik menjadi sumber daya berkelanjutan.

Inovasi ini dibuat oleh mahasiswa IPB University, tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) dari Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter). Rumah Camago merupakan salah satu implementasi dari program Ramah Lingkungan (Rama) terkait pengelolaan sampah berkelanjutan yang diadakan di Desa Sinarsari, Bogor, Jawa Barat.

Program ini mendapat dukungan penuh dari warga serta pemerintah setempat. Dukungan tersebut mencakup bantuan tenaga kerja, penyediaan lahan, serta adanya rencana pengeluaran surat kebijakan terkait pengumpulan sampah organik oleh warga sekitar. Selain itu, kepengurusan Rumah Camago juga telah ditetapkan secara sukarela oleh Munir selaku pengelola Rumah Camago dan Saeful, Ketua RT 4/RW 3.

“Pembangunan rumah camago ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk RT/RW sekitar sehingga masyarakat dapat lebih terdorong akan pengolahan sampah organik,” ujar Saeful selaku ketua RT 4.

Mutiara Rizkia Nurkamil, perwakilan mahasiswa IPB University menjelaskan, cacing tanah, terutama jenis Lumbricus rubellus, digunakan dalam vermikompos, yaitu proses penguraian sampah organik menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi.

“Pupuk ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah di lahan pertanian. Selain itu, cacing juga mampu mendaur ulang bahan organik dengan efisien, sehingga mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir,” urainya.

Sementara itu, ia melanjutkan, maggot yang merupakan larva dari lalat black soldier fly (BSF), memainkan peran penting dalam mengurai sisa makanan dan sampah dapur yang lebih cepat dan efisien. Maggot mampu mengonsumsi sampah organik hingga lima kali berat tubuhnya dalam sehari. Hasil dari penguraian ini adalah residu yang juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara maggot itu sendiri dapat dijadikan sumber protein untuk pakan ternak.

“Keberadaan Rumah Camago ini memberikan berbagai manfaat, mulai dari pengurangan jumlah sampah organik, hingga penciptaan ekonomi sirkular. Di beberapa daerah, proyek-proyek ini berhasil menggerakkan roda ekonomi dengan memberdayakan masyarakat lokal untuk terlibat dalam proses pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai,” paparnya.

Bagi mahasiswa IPB University, Rumah Camago bukan hanya memberikan solusi lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru dalam sektor pertanian dan peternakan. Dengan mengubah sampah organik menjadi sumber daya yang berguna, konsep ini berkontribusi pada keberlanjutan alam dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. (*/Rz)