Guru Besar IPB University Tawarkan Teknologi Poliploidisasi Untuk Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Ikan Budi Daya
Akuakultur semakin penting dalam memenuhi kebutuhan pangan global. Namun pengelolaan genetik ikan budi daya masih menjadi tantangan. Rekayasa genetik, khususnya teknologi poliploidisasi, menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas genetik ikan. Hal ini disampaikan oleh Prof Odang Carman, Guru Besar IPB University pada Pra Orasi Ilmiah Guru Besar secara daring, belum lama ini.
Ia menjelaskan, poliploidisasi pada ikan merupakan alternatif strategi pemuliaan yang praktis dan ramah lingkungan. Rekayasa genetik tersebut melibatkan manipulasi materi genetik seperti DNA dan kromosom. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalahan disfungsi fisiologi akibat perbedaan lingkungan budi daya dengan habitat alami.
“Teknik poliploidisasi, khususnya melalui perlakuan kejutan suhu (heat shock), telah terbukti efektif dalam meningkatkan jumlah set kromosom ikan. Dengan menghasilkan ikan triploid (3n) dan tetraploid (4n), teknik ini tidak hanya meningkatkan laju pertumbuhan ikan, tetapi juga memastikan sterilisasi, sehingga mengurangi dampak negatif pada ekosistem,” ungkap Prof Odang.
Ia melanjutkan, keberhasilan poliploidisasi bergantung pada waktu, metode perlakuan, dan analisis DNA yang tepat untuk menentukan tingkat ploidi. Kolaborasi dengan teknologi hibridisasi dan kontrol seks dapat menghasilkan benih ikan unggul, memungkinkan produksi ikan dengan pertumbuhan lebih cepat dan sifat-sifat menguntungkan bagi industri perikanan.
“Dengan memanfaatkan teknologi rekayasa genetik, kita dapat meningkatkan produksi ikan budi daya secara signifikan. Ini adalah langkah penting untuk memenuhi permintaan pasar sambil menjaga keseimbangan ekosistem,” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) tersebut.
Ia menjelaskan bahwa perkembangan teknologi akuakultur, terutama dalam rekayasa genetik seperti poliploidisasi, gynogenesis, androgenesis, dan hibridisasi dapat membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ikan budi daya.
“Dengan memanfaatkan teknologi ini, para pelaku industri perikanan dapat menghasilkan ikan dengan pertumbuhan lebih cepat, sifat steril yang menguntungkan, serta kualitas genetik yang lebih unggul,” ujarnya.
“Penggabungan teknologi tersebut, jika dilakukan dengan tepat, akan berpotensi menghasilkan benih ikan yang lebih baik, tangguh, dan berkelanjutan, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem perikanan. Pengelolaan yang cermat serta pendekatan ilmiah yang terus dikembangkan akan menjadi kunci keberhasilan akuakultur di masa mendatang,” tutupnya. (Ns/Lp)