SPs IPB University Ajak Peserta Summer Course Kunjungi AEWO Mulyaharja Belajar Pengelolaan Pertanian di Kota Bogor

SPs IPB University Ajak Peserta Summer Course Kunjungi AEWO Mulyaharja Belajar Pengelolaan Pertanian di Kota Bogor

SPs IPB University Ajak Peserta Summer Course Kunjungi AEWO Mulyaharja Belajar Pengelolaan Pertanian di Kota Bogor
Berita

Peserta The 16th International Summer Course Program on Tropical Agriculture and Environmental Management toward Regional Sustainability Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB University mengunjungi Agro Edu Wisata Organik (AEWO) Kelurahan Mulyaharja, Bogor, (10/9). Peserta program berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti Ibaraki University, The University of the Ryukyus, dan IPB University. Peserta tersebut berasal dari berbagai negara yaitu Indonesia, Jepang, Uganda, Afghanistan, dan Tiongkok.

Dalam kegiatan ini juga hadir peserta dari The 3rd International Summer Course on Natural Resources and Environmental Management Science (ISCoNREM) 2024. Kegiatan ISCoNREM diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) SPs IPB University.

Prof Titi Candra Sunarti, Wakil Dekan SPs IPB University bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan menyampaikan bahwa ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting sebagai keseimbangan kota. Ia menjelaskan, RTH bukan hanya pertamanan, melainkan bisa juga sebagai ruang produktif seperti sawah, kebun, dan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk RTH.

“Ruang-ruang produktif bisa dimanfaatkan untuk wisata yang memberikan edukasi kepada masyarakat. Bagaimana petani dan pertanian dapat menghasilkan pangan sehari-hari yang kita butuhkan, serta bagaimana menghargai petani dan pertanian yang sangat penting,” ujarnya.

Prof Titi menambahkan bahwa saat ini Kota Bogor sudah sangat berkembang. Di sisi lain, katanya, Pemerintah Kota Bogor juga masih tetap mempertahankan sejumlah area untuk RTH berupa suasana pedesaan dan sawah organik. “Apabila tidak ada campur tangan pemerintah, area persawahan akan hilang. Maka dari itu, penting untuk dilestarikan, bahkan, dapat dijadikan model agrotourism,” tambahnya

Prof Hadi Susilo Arifin, Ketua Program ISCoNREM menyampaikan bahwa AEWO Mulyaharja ini dikelola sepenuhnya oleh masyarakat. Ia menyebut, partisipasi masyarakat sangat banyak, termasuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Mulyaharja.

“KWT ini memiliki peran penting dalam mengembangkan kebun-kebun untuk membantu keseimbangan gizi komunitas desa dan juga dijadikan sarana edukasi. Sudah banyak pelajar yang datang ke KWT ini untuk belajar secara langsung,” tambahnya.

Sementara itu, Taufik Hidayat Sekretaris Lurah Mulyaharja menyebut, AEWO Mulyaharja memiliki potensi wisata yang sangat menarik. Ia menerangkan, jarak dari Desa Mulyaharja dengan pusat Kota Bogor sekitar 8 kilometer dan aksesnya mudah ditempuh.

“Selain memiliki persawahan dan lahan hijau, kondisi udara di Mulyaharja sangat bersih, bebas polusi serta dijaga kebersihannya. Suasana ini tentunya tidak didapatkan di dalam kota,” ujarnya.

Sebelumnya, peserta juga diajak mengunjungi kebun hidroponik yang dikelola KWT di Mulyaharja. Umyati, selaku Ketua KWT Ciharashas Mulyaharja menjelaskan bahwa KWT ini berdiri pada 2018 dan memiliki 34 anggota. Budi daya yang dilakukan oleh anggota KWT meliputi sayuran dan urban farming.

“Saat ini, kami mendapatkan support dari IPB University dalam pengembangan kebun KWT. Di sini kami memiliki garden tower, rain garden, serta hidroponik. Selain pemasaran di luar yang dihasilkan dari kebun KWT ini, kami juga memberikan hasil kebun untuk konsumsi dan membantu masalah stunting di wilayah kami,” jelasnya. (HBL/ra)