FPIK IPB University Ungkap Potensi dan Manfaat Produk Perikanan dalam Program Makanan Bergizi Gratis
Dalam diskusi strategis yang diadakan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, para ahli dan akademisi menyoroti pentingnya integrasi produk perikanan dalam program makanan bergizi gratis yang diinisiasi oleh pemerintah. Diskusi bertajuk ‘Peluang Pangan dan Susu Ikan dalam Makanan Bergizi Gratis’ ini membuka wawasan tentang berbagai aspek nutrisi dan kelayakan produk perikanan sebagai komponen penting dalam diet sehat masyarakat.
Kegiatan diskusi ini dipandu oleh salah satu dosen muda FPIK IPB University yaitu Moh. Burhanuddin Mahmud, dari Departemen Budidaya Perairan. Dekan FPIK IPB University, Prof. Fredinan Yulianda,menekankan pentingnya kajian ilmiah terhadap susu ikan sebagai pendukung data ilmiah yang dapat membantu pemerintah dalam membuat program makanan bergizi gratis.
Sekretaris Direktur Jenderal Pusat Data dan Statistik (PDS) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dr Mahmud, mengungkapkan bahwa susu ikan merupakan salah satu produk minuman yang diperkaya dengan hidrolisat protein ikan (HPI).
“HPI telah mendapat respons positif dan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan konsumsi protein. Saat ini, KKP sedang aktif mengenalkan kepada masyarakat mengenai berbagai produk yang menggunakan HPI di antaranya jajanan pasar dan makanan lainnya, dengan tujuan untuk memperluas pemahaman dan penerimaan terhadap produk-produk inovatif ini,” jelas Dr Mahmud.
Sementara, Dr Wini Trilaksani, Dosen Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) IPB University, memaparkan bahwa perbaikan pola makan dapat mendukung pencegahan masalah kesehatan di masyarakat Indonesia.
“Dampak masalah gizi dapat berpengaruh terhadap mutu sumber daya manusia. Asupan gizi yang cukup terutama protein dan omega 3 dapat mendukung perkembangan jaringan otak,” paparnya.
Dr Wini juga memberikan penjelasan mengenai Hidrolisat Protein Ikan (HPI) dan Konsentrat Protein Ikan (KPI). Menurutnya, HPI dihasilkan dari proses hidrolisis, menguraikan protein ikan menjadi peptida dan asam amino yang mudah diserap, dengan rasa dan aroma yang kuat namun kaya akan asam amino esensial karena mengalami proses hidrolisis yang lebih kompleks daripada KPI.
Prof Mala Nurilmala, dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) IPB University, menekankan pentingnya ‘Blue Food’ atau sumber pangan dari perairan yang ramah lingkungan dalam kebijakan pangan nasional.
Ia menjelaskan, “Diversifikasi produk perikanan lokal, termasuk pengembangan menu olahan menarik untuk anak-anak seperti makanan nusantara, nugget, dan sosis ikan, adalah kunci untuk meningkatkan asupan protein berkualitas. Ini juga dapat mengembangkan produksi dari UKM-UMKM di masyarakat dan mendukung program Makanan Bergizi Gratis.”
“Dengan mendukung usaha kecil dan menengah di sektor perikanan, saya berharap dapat meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi. Inisiatif ini bertujuan mendidik masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan, memastikan produksi pangan laut berkelanjutan, dan mengintegrasikan produk perikanan ke dalam program agar masyarakat mendapatkan asupan gizi yang baik,” ungkap Prof Mala. (*/Lp)