DPMA dan P2SDM IPB University Selenggarakan Sekolah Pranikah 2024

DPMA dan P2SDM IPB University Selenggarakan Sekolah Pranikah 2024

DPMA dan P2SDM IPB University Selenggarakan Sekolah Pranikah 2024
Berita

Program Sekolah Pranikah 2024 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) dan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) IPB University sukses dilaksanakan di Desa Sinarsari (15/9), Bogor, Jawa Barat. Kegiatan diikuti oleh 33 remaja serta 9 ibu kader dan anggota pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

Kegiatan ini berlangsung dengan sangat interaktif, para peserta aktif bertanya dan berdiskusi terkait isu-isu penting seputar pernikahan anak dan dampaknya. Program ini mendapat dukungan penuh dari Kepala Desa Sinarsari, Ukon, yang turut hadir dan memberikan sambutan pembukaan.

“Penting untuk keberlanjutan pendidikan dan pembekalan seperti ini bagi generasi muda di Desa Sinarsari, kami mendukung penuh inisiatif IPB University untuk mencegah pernikahan dini di desa kami,” ungkapnya.

Dengan adanya Sekolah Pranikah IPB 2024, ia berharap generasi muda di Desa Sinarsari memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya perencanaan pernikahan. Dengan demikian, mereka dapat membangun keluarga yang sejahtera dan berkualitas di masa depan.

Sebelum sesi materi dimulai, para peserta terlebih dahulu mengikuti pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka tentang pernikahan dini, dampaknya, serta indikator keluarga sejahtera. Pre-test ini dilakukan untuk menilai pengetahuan dasar peserta dan sekaligus merancang pendekatan yang tepat dalam penyampaian materi oleh Dr Yulina Eva Riany.

Sesi utama kegiatan ini berfokus pada berbagai faktor yang menyebabkan pernikahan anak, sebuah fenomena yang masih cukup umum di beberapa wilayah Indonesia. Alasan-alasan seperti tekanan ekonomi, tradisi budaya, serta minimnya pemahaman mengenai konsekuensi pernikahan di usia muda dibahas secara mendalam oleh para pemateri.

Mereka juga menyoroti pentingnya persiapan mental, emosional, dan finansial sebelum menikah, terutama bagi mereka yang masih berusia remaja. Selain penyebabnya, dampak negatif dari pernikahan di bawah umur juga menjadi fokus dalam kegiatan ini.

“Pernikahan usia muda sering kali membawa berbagai risiko, termasuk masalah
kesehatan fisik dan mental, ketidakstabilan ekonomi, hingga tingginya tingkat
perceraian,” ungkap Dr. Eva pada sesi materi hari ini.

Banyak peserta terlibat aktif dalam diskusi, berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait masalah-masalah yang muncul dalam pernikahan usia muda di lingkungan mereka.

Kegiatan ini juga membahas secara mendalam tentang indikator keluarga sejahtera. Para peserta diajak untuk memahami bahwa kesejahteraan keluarga tidak hanya diukur dari segi materi, tetapi juga dari keharmonisan dalam hubungan antar anggota keluarga, kesehatan emosional, serta kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan dan kasih sayang yang stabil. Fungsi keluarga sebagai tempat pendidikan, perlindungan, dan pemberi kasih sayang ditekankan sebagai landasan penting dalam membangun keluarga yang sejahtera.

Setelah seluruh sesi materi selesai, para peserta kembali mengikuti post-test untuk mengevaluasi peningkatan pemahaman mereka terkait topik yang telah dibahas selama kegiatan. Melalui keterlibatan yang aktif dan materi yang menyeluruh, diharapkan peserta mampu menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan ikut berkontribusi dalam upaya pencegahan pernikahan anak di Desa Sinarsari.