Himagreto IPB University Edukasi Warga Desa Cibunian Perpaduan Ilmu Pertanian dan Meteorologi
Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (Himagreto) IPB University melalui tim pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) berkolaborasi dengan masyarakat Cibunian pada kegiatan Campus Visit. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan pentingnya sinergi antara ilmu pertanian dan ilmu meteorologi dalam menghadapi tantangan pertanian di era modern.
Seiring dengan perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi, kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan data meteorologi menjadi krusial bagi keberhasilan sektor pertanian.
Kegiatan dihadiri oleh 22 warga Desa Cibunian dari RW 5, RW 6, RW 16, dan RW 17. Kunjungan ini diawali dengan sambutan oleh ketua pelaksana PPK Ormawa, kemudian dilanjutkan dengan tur ke rumah kaca hidroponik.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa IPB University mengenalkan teknik bercocok tanam yang tidak memerlukan tanah, melainkan menggunakan air yang diperkaya dengan nutrisi. Warga desa juga mendapatkan penjelasan mendalam tentang bagaimana data cuaca yang akurat dapat memengaruhi kondisi lingkungan di dalam rumah kaca, termasuk suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang optimal.
Setelah itu, mereka mengikuti pelatihan semai sehat dengan menggunakan metode biointensif. Metode ini menekankan pada penggunaan lahan yang efisien dengan mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Dalam pelatihan ini, masyarakat diajarkan cara menyiapkan bibit tanaman yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit.
“Pendekatan biointensif ini memungkinkan kita untuk menghasilkan tanaman yang lebih kuat dan lebih sehat, sekaligus menjaga kesuburan tanah secara alami,” kata Justin, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian IPB University yang memandu pelatihan ini.
Kegiatan selanjutnya adalah pengenalan instrumentasi di stasiun meteorologi Kampus IPB Dramaga. Di sini, masyarakat mendapatkan kesempatan untuk melihat dan belajar tentang berbagai alat yang digunakan untuk memantau kondisi cuaca dan iklim secara real-time. Alat-alat seperti ombrometer, hygrometer, panci kelas A, automatic weather station (AWS), pyrometer, dan albedometer diperkenalkan kepada masyarakat.
Pada kesempatan itu, mahasiswa Himagreto IPB University menjelaskan tentang bagaimana data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk memprediksi cuaca, menentukan waktu tanam yang tepat, serta mengantisipasi perubahan iklim yang berdampak pada pertanian.
“Dengan memahami bagaimana cuaca dan iklim berpengaruh pada pertanian, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam pengelolaan lahan dan tanaman,” ujar Deedat, seorang mahasiswa meteorologi.
Antusias warga desa dalam kegiatan ini sangat terlihat, terbukti dengan beberapa pertanyaan yang mereka berikan kepada mahasiswa IPB University. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para peserta, yang merasa mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya ilmu meteorologi dalam pertanian modern.
“Kegiatan ini membantu saya mengetahui tentang bagaimana teknologi dapat membantu kita menghadapi tantangan pertanian di masa depan,” kata Sahrudin selaku masyarakat desa Cibunian.
Melalui kegiatan Campus Visit ini, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat antara dunia pertanian dan ilmu meteorologi yang akan menjadi landasan bagi pertanian modern yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan ini dapat menjadi sarana kolaborasi dalam menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu menjawab tantangan global di masa depan, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan ketahanan pangan. (*/Rz)