Inovasi Booster Umpan Dosen IPB University Sukses Tingkatkan Nilai Margin Hasil Tangkapan Hingga 236 Persen

Dosen IPB University sukses menerapkan teknologi tepat guna berupa booster umpan kepada nelayan di perairan Teluk Banten. Penerapan booster umpan tersebut berhasil meningkatkan nilai margin hasil tangkapan jaring rampus dan bubu rajungan hingga 236 persen.
Inventor booster umpan, Dr Zulkarnain dan Dr Didin Komarudin merupakan dosen IPB University dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Peningkatan nilai margin tersebut dibuktikan selama hasil uji coba dalam kegiatan bimbingan teknis (bimtek) penggunaan alat tangkap ramah lingkungan untuk nelayan bubu dan gillnet (jaring rampus) dan aplikasi booster umpan bagi nelayan skala kecil.
Kegiatan yang jadi bagian dari program pengabdian masyarakat IPB University ini dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten. Sementara, aplikasi penggunaan booster umpan dalam one-day trip uji coba penangkapan dilakukan di perairan Teluk Banten dari nelayan Lontar dan Kubang Puji.
Kegiatan tersebut dihadiri dan dipantau langsung oleh Kepala DKP Provinsi Banten Eli Susiyanti, SH, MH, MM; Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dr Sutirja Wijaya, SE, MM; Analis Pengujian Alat Penangkapan Ikan Indra Supiyono Solihin, SPi. Turut hadir para penyuluh perikanan kabupaten, serta nelayan alat tangkap bubu dan gillnet.
Kepala DKP Provinsi Banten dalam sambutannya menyatakan bahwa produksi ikan hasil tangkapan di wilayahnya kini selalu menurun, sehingga diperlukan bantuan alat tangkap kepada nelayan. Di samping itu, menurutnya perlu adanya penerapan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produksi ikan hasil tangkapan.
Dr Zulkarnain menjelaskan, keterbatasan akses input teknologi tepat guna bagi nelayan skala kecil akan mempengaruhi produktivitas hasil tangkapan dari alat tangkap yang digunakan sekaligus dapat menurunkan pendapatannya. Keberhasilan suatu usaha perikanan tangkap tergantung pada beberapa faktor yang saling menunjang.
“Pemanfaatan sumber daya hayati laut, khususnya bidang perikanan tangkap bertujuan untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya tanpa merusak kelestarian sumber daya ikan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa persyaratan dalam teknologi penangkapan, yaitu alat tangkap yang efektif dan efisien dengan bahan yang baik, perbaikan kapal, alat bantu penangkapan ikan (teknologi tepat guna), dan perlengkapan kapal serta metode operasi penangkapan yang andal,” terangnya.
Dosen IPB University ini menyebut, peran teknologi tepat guna dapat membantu dalam memperoleh hasil tangkapan yang optimal yang berimplikasi langsung terhadap pendapatan. Teknologi tersebut adalah booster umpan untuk memikat dan mengumpulkan ikan, setelah itu mudah ditangkap oleh alat tangkap yang digunakan nelayan.
“Booster umpan adalah inovasi teknologi alat bantu untuk memikat dan mengumpulkan ikan secara efektif karena adanya kandungan protein hewani dengan asam amino esensial yang menghasilkan bau sebagai rangsangan kimiawi (chemical stimuli). Hal tersebut merangsang indera penciuman dan indera perasa ikan dan kondisi tersebut sangat disukai oleh ikan,” urai Dr Zulkarnain.
Lebih lanjut ia mengurai, booster umpan terbuat dari kombinasi bahan alami seperti ikan rucah (tembang/pepetek/kapas-kapas), cumi-cumi, dan larutan pekat dari kombinasi bahan alami tersebut serta bahan penentu yang berasal dari daratan. Produk booster umpan adalah beku dengan berat minimum sebesar 250 g.
Booster umpan telah melalui uji penelitian dengan beberapa alat tangkap milik nelayan, seperti bagan apung, pancing ulur, trammel net, gillnet, perangkap krendet, mini purse seine dengan hasil signifikan. Menurut Dr Zulkarnain, peningkatan margin produksi hasil tangkapan dari penggunaan booster umpan terhadap kontrol antara 50-170 persen dan sangat tergantung dari kondisi musim penangkapan ikan dan spesifik alat tangkap.
Kegiatan aplikasi booster umpan diawali dengan demo pembuatan booster umpan beku (300 g/boks) yang langsung dilakukan oleh nelayan dan penyuluh perikanan. Kegiatan uji coba penangkapan pada alat tangkap gillnet menggunakan 20 boks booster umpan beku untuk 5 tinting dan akan dibandingkan dengan 5 tinting tanpa menggunakan booster umpan (kontrol).
“Hasil uji coba penangkapan dengan perendaman selama 1 jam telah memberikan kenaikan margin hasil tangkapan dengan penggunaan booster umpan terhadap kontrol sebesar 236 persen,” tuturnya.
Hasil tangkapan yang menggunakan booster umpan terdiri dari jenis ikan tenggiri, kembung, kuro, udang putih, parang-parang dengan total 3,7 kg (77 persen). Adapun jaring rampus kontrol adalah ikan kuro, tenggiri, kembung, bawal putih dengan total 1,1 kg (23 persen).
Sementara itu, kegiatan uji coba penangkapan pada bubu rajungan menggunakan 30 boks booster umpan beku untuk 30 bubu rajungan dan dibandingkan dengan 30 bubu rajungan tanpa booster umpan (kontrol).
Hasil uji coba penangkapan selama 12 jam perendaman telah memberikan kenaikan margin hasil tangkapan dengan penggunaan booster umpan terhadap kontrol sebesar 165 persen. Hasil tangkapan yang menggunakan booster umpan terdiri dari rajungan 0,9 kg dan keong macan 4 kg (73 persen), sedangkan bubu rajungan kontrol hanya mendapatkan keong macan 1,7 kg (27 persen).
“Berdasarkan hasil uji coba tersebut telah membuktikan bahwa booster umpan beku efektif memikat dan mengumpulkan ikan sehingga meningkatkan hasil tangkapan jaring rampus dan bubu rajungan. Dengan demikian, kegiatan penangkapan ikan pada perikanan tangkap skala kecil membutuhkan teknologi inovasi booster umpan untuk meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatan bagi nelayan,” pungkas Dr Zulkarnain. (*/Rz)