Prodi Ekonomi Kelautan Tropika IPB University Rancang Kerja Sama Riset Pengelolaan Harta Karun Bersama East Carolina University

Prodi Ekonomi Kelautan Tropika IPB University Rancang Kerja Sama Riset Pengelolaan Harta Karun Bersama East Carolina University

Prodi Ekonomi Kelautan Tropika IPB University Rancang Kerja Sama Riset Pengelolaan Harta Karun Bersama East Carolina University
Berita

Indonesia merupakan jalur rempah yang menjadi alur penting dalam pelayaran dunia sejak abad ke-14. Selama proses perdagangan tersebut, banyak kapal yang membawa muatan berharga tenggelam di sekitar perairan Nusantara baik karena kecelakaan maupun perang.

Potensi Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) sebagai warisan budaya dan memiliki nilai ekonomi tinggi menarik Program Studi (Prodi) Ekonomi Kelautan Tropika (EKT), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University bekerja sama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat menyelenggarakan kuliah umum bertajuk ‘Underwater Cultural Heritage Management’.

Materi kuliah umum disampaikan oleh Dr Jennifer McKinnon, ahli arkeologi bawah laut dari East Carolina University, Amerika Serikat. Dalam kuliahnya, Dr Jennifer menjelaskan bahwa warisan budaya bawah air memiliki nilai sejarah dan ekonomi yang sangat besar. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dieksplorasi di Indonesia.

Dr Jennifer mengungkapkan pentingnya peran komunitas lokal dalam pelestarian warisan budaya bawah air, serta perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaannya. Ia juga menekankan bahwa keahlian dalam bidang arkeologi dapat berkolaborasi dengan ekonomi kelautan untuk memetakan dan mengembangkan potensi ekonomi yang ada.

“Kolaborasi antara arkeologi dan ekonomi kelautan tropika sangat penting untuk memaksimalkan manfaat dari warisan budaya bawah air. Dengan melibatkan komunitas lokal, kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan,” ujar Dr Jennifer.

Prof Tridoyo Kusumastanto selaku Guru Besar Ekonomi Kelautan IPB University menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas disiplin dalam pengelolaan warisan budaya bawah air.

“Potensi ekonomi dari nilai BMKT diperkirakan mencapai USD 12 miliar. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan ada sekitar 463 titik koordinat harta karun laut di perairan Indonesia. Setiap Lokasi diperkirakan memiliki nilai ekonomi untuk wisata bawah laut sekitar USD 80 ribu hingga USD 18 juta,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sebut dia, perlu kolaborasi yang kuat dari semua pihak untuk mengangkat potensi ekonomi serta menjaga nilai historis dari warisan budaya bawah air ini.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta, yang merasa mendapatkan wawasan baru mengenai potensi pengelolaan dan pelestarian warisan budaya bawah air. Diskusi dan sesi tanya jawab setelah kuliah tamu memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendalami topik lebih lanjut serta bertukar pikiran.

Ketua Prodi EKT IPB University, Dr Kastana Sapanli menyatakan, kehadiran kuliah tamu ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak penelitian dan proyek kolaboratif di bidang ini, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya bawah air di Indonesia.

Hasil dari kegiatan ini akan ditindaklanjuti kerja sama riset antara Prodi EKT IPB University dengan Kedubes Amerika Serikat. Ia menuturkan, berdasarkan hasil diskusi awal, akan dibentuk tim kajian yang akan melakukan penelitian terkait pengelolaan BMKT.

“Salah satu lokasi yang akan teliti adalah di Teluk Banten yang merupakan kapal perang Amerika yang tenggelam saat perang dengan Jepang. Harapannya hasil riset ini mampu menjadi dasar pengelolaan sekaligus perlindungan BMKT yang memiliki nilai ekonomis dan historis,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan, “Terima kasih kepada Ibu Yoana sebagai alumni coordinator US Embassy dan Ibu Nisa Ashila Ghaisani sebagai Experiential Learning Coordinator US Embassy yang sudah terkoneksi dan memberikan kesempatan kepada alumni of US Government funded programs and exchanges, yaitu Ibu Osmaleli SE, MSi dosen IPB University di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) dan sekaligus juga alumni Prodi EKT.” (*/Rz)