BKKBN RI Gandeng IKK IPB University Tingkatkan Kapasitas Kader, Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Sukabumi

BKKBN RI Gandeng IKK IPB University Tingkatkan Kapasitas Kader, Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Sukabumi

BKKBN RI Gandeng IKK IPB University Tingkatkan Kapasitas Kader, Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Sukabumi
Berita

Stunting adalah permasalahan gizi pada anak balita yang saat ini masih dihadapi oleh Indonesia sehingga mendapat perhatian dari banyak pihak. Stunting di Indonesia masih menjadi permasalahan masyarakat yang harus segera diatasi karena prevalensinya masih di atas 20 persen.

Dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sukabumi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University mengadakan program pendampingan peningkatan kapasitas kader. Program pendampingan tersebut dilakukan melalui pelaksanaan Sekolah Keluarga Berkualitas (SKB).

Kegiatan diikuti oleh 10 kader dari dua desa, yaitu Desa Gede Pangrango dan Desa Kayumanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Fasilitator yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah Dr Tin Herawati, Dr Dwi Hastuti, Dr Lilik Noor Yuliati, berasal dari Departemen IKK IPB University dan dr Yusuf Ryadi dari Fakultas Kedokteran IPB University.

Materi yang disampaikan terdiri dari Pelaksanaan Fungsi Keluarga untuk Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas; Karakteristik Lingkungan untuk Tumbuh Kembang Optimal pada Baduta; Penerapan Asah, Asih, Asuh untuk Tumbuh Kembang Anak; Tips Kesehatan Ibu dan Anak untuk Mencegah Stunting; Cerdas Mengelola Keuangan; serta Praktik Pengolahan Makanan Tambahan Pendamping ASI Nutrilokal.

Menurut Dr Tin Herawati sebagai ketua tim pendamping, sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, setiap kader harus mendampingi dan melaksanakan Sekolah Keluarga Berkualitas. Pesertanya adalah 10 keluarga terdekat dari rumah kader terlatih yang memiliki anak di bawah usia lima tahun (Balita).

“Setiap kader harus mendampingi 10 keluarga, sehingga dari 10 kader yang terlatih maka total keluarga sasaran yang didampingi dan mengikuti Sekolah Keluarga Berkualitas adalah 100 keluarga,” ujarnya.

Selain itu, ia melanjutkan, setiap kader juga harus mengajarkan keluarga untuk mengolah makanan sehat berbasis pangan lokal untuk pemenuhan gizi anak. “Kegiatan kader di lapangan tentunya di bawah pantauan tim IPB University dan para penyuluh keluarga berencana (PKB) di lapangan,” sebut Dr Tin. (*/Rz)