Beri Solusi Atasi Stunting, Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Kreasikan Botok Ikan Wader Tinggi Protein

Beri Solusi Atasi Stunting, Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Kreasikan Botok Ikan Wader Tinggi Protein

Beri Solusi Atasi Stunting, Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Kreasikan Botok Ikan Wader Tinggi Protein
Student Insight

Stunting merupakan permasalahan yang masih dihadapi di Desa Tonggara, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Penyebab langsung terjadinya stunting adalah kurangnya konsumsi pangan dan status kesehatan (penyakit).

Oleh karena itu, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi IPB University menyelenggarakan Kelas Masak MPASI Botok Ikan Wader bersama ibu-ibu yang aktif dalam kegiatan posyandu dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) di Desa Tonggara.

“Studi menyatakan bahwa pemberian ASI saja pada bayi usia enam bulan ke atas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga perlu diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya stunting,” ujar Arzu Namora Hanum Wardani, mahasiswa KKNT Inovasi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, MPASI yang lengkap terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan. Oleh karena itu, ia dan tim KKNT Inovasi mengembangkan produk MPASI berupa botok ikan wader.

“Dengan nasi sebagai sumber karbohidrat, ikan wader sebagai protein hewani, kacang merah sebagai protein nabati, serta wortel dan bayam digunakan sebagai sayur-sayuran,” urainya.

Ia menerangkan, botok ikan wader merupakan produk MPASI yang diformulasikan untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi di bawah dua tahun (baduta). Produk ini tinggi protein, zat besi, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Botok merupakan makanan tradisional yang terdiri dari ikan yang dicampur parutan kelapa muda yang dibumbui, lalu dibungkus dengan daun pisang serta dikukus.

Ikan wader merupakan salah satu pangan lokal yang mudah didapatkan di Kabupaten Tegal, tepatnya di Waduk Cacaban. Ikan ini juga memiliki harga yang relatif terjangkau di kalangan masyarakat.

“Kegiatan kelas memasak botok ikan wader dimulai dengan pemberian leaflet yang berisikan informasi mengenai pengenalan umum terkait produk MPASI botok ikan wader untuk baduta. Lalu dilanjutkan praktik langsung cara pengolahannya,” tutur Arzu.

Menurut dia, kegiatan ini tidak hanya bertujuan mengedukasi, tetapi juga untuk menginspirasi ibu-ibu agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan makanan sehat dan bergizi kepada anak-anak. Kegiatan ini juga dapat mengoptimalkan pangan lokal yang tersedia untuk digunakan sebagai MPASI untuk memenuhi kebutuhan gizi baduta.

“Kegiatan kelas memasak ini juga diharapkan menjadi contoh inspiratif sebagai salah satu upaya bersama dalam mengatasi dan mencegah stunting pada anak-anak, khususnya di Desa Tonggara,” tandasnya. (*/Rz)