Guru Besar Ilmu Rekayasa Biomaterial IPB University Ungkap Potensi Mass Timber Sebagai Material Konstruksi Modern

Guru Besar Ilmu Rekayasa Biomaterial IPB University Ungkap Potensi Mass Timber Sebagai Material Konstruksi Modern

Prof Naresworo Nugroho, Guru Besar Ilmu Rekayasa Biomaterial IPB University, memaparkan potensi sumber daya kayu rekayasa atau mass timber sebagai material konstruksi bangunan modern.
Riset

Prof Naresworo Nugroho, Guru Besar Ilmu Rekayasa Biomaterial IPB University, memaparkan potensi sumber daya kayu rekayasa atau mass timber sebagai material konstruksi bangunan modern. Paparan tersebut disampaikannya pada bincang-bincang dengan tema ‘Modern Wood is Good’ yang disiarkan oleh @america, 25/7.

Prof Naresworo menjelaskan bahwa kayu merupakan material yang ramah lingkungan dan terbarukan. Ia juga menyebut bahwa kayu memiliki berbagai keunggulan yang menjadikannya pilihan ideal untuk konstruksi.

“Kayu adalah material renewable yang dapat didaur ulang, bersifat estetis, dan tahan lama. Banyak rumah tradisional dari kayu yang masih terpelihara dengan baik hingga kini. Tidak hanya itu, kayu juga memiliki sifat-sifat seperti kedap suara, insulasi panas, dan kenyamanan yang membuatnya sangat sesuai untuk berbagai keperluan konstruksi,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, salah satu aspek penting dari kayu rekayasa adalah kemampuannya untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon dibandingkan dengan material konstruksi konvensional seperti bata, baja, dan beton.

“Kayu disebut sebagai eco-friendly dan green material karena memiliki energi embodied yang rendah dan dapat mengikat karbon,” jelas Prof Naresworo Nugroho, Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University.

Prof Naresworo mengatakan, IPB University telah melakukan penelitian terkait teknologi kayu rekayasa, termasuk magnetic wood sebagai konduktor dan home insulation panel ultra-lightweight dari limbah batang kelapa sawit. Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan kayu dalam konstruksi dan industri furniture tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga inovatif.

“Teknologi kayu rekayasa ini menawarkan keunggulan dalam hal kekuatan, keberlanjutan, dan keamanan, serta dapat menjadi alternatif yang efisien terhadap material konvensional,” kata Prof Naresworo.

Namun demikian, katanya, tantangan yang dihadapi industri mass timber yaitu perlu penyesuaian terhadap teknologi terbaru dalam refabrikasi dan sistem panelisasi Cross-Laminated Timber (CLT). Meskipun demikian, terdapat peluang besar untuk generasi baru bangunan berbasis biomaterial modern untuk memanfaatkan kemajuan teknologi ini.

Prof Naresworo juga menyoroti bahwa preferensi masyarakat terhadap kayu untuk furniture dan atraktif masih tinggi, meskipun industri kayu di Indonesia menghadapi penurunan dalam produksi dan ekspor.

“Dengan riset dan inovasi berkelanjutan, IPB University berkomitmen untuk mengembangkan teknologi kayu rekayasa dan memajukan industri mass timber sebagai solusi berkelanjutan dalam konstruksi bangunan modern,” tegasnya. (MW/ra/Rz)