Jalin KKN Bersama, Mahasiswa IPB University dan UB Buat Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik Jadi Arang Briket

Jalin KKN Bersama, Mahasiswa IPB University dan UB Buat Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik Jadi Arang Briket

Jalin KKN Bersama, Mahasiswa IPB University dan UB Buat Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik Jadi Arang Briket
Student Insight

Kelompok Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi IPB University melakukan kolaborasi bersama dengan tim KKN dari Universitas Brawijaya (UB) mengadakan program pelatihan inovatif pengolahan sampah organik menjadi arang briket. Kegiatan ini berlangsung di Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan melibatkan petugas Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) di desa tersebut.

Program pelatihan briket ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat tentang cara mengolah sampah organik menjadi arang briket yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Briket yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil dan membantu mengurangi volume sampah organik yang ada di desa tersebut.

Ketua pelaksana program ini, Amilia Sari, menyatakan bahwa program pelatihan briket ini merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam menghadapi permasalahan lingkungan yang ada di Desa.

“Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa sampah organik, khususnya ranting kering pohon apel atau jeruk yang tidak digunakan lagi memiliki nilai yang dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Arang briket ini dapat menjadi solusi bagi masalah lingkungan sekaligus menjadi sumber energi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan,” ujar Amilia.

Rangkaian pelatihan berlangsung selama dua minggu, mulai dari pengumpulan sampah organik berupa ranting kayu apel, proses pembuatan briket, hingga cara penggunaan briket sebagai bahan bakar. Semua tahapan pembuatan briket ini dilakukan dengan semangat oleh para mahasiswa dan masyarakat setempat.

Salah satu petugas TPST, Jumiah, memberikan tanggapannya. “Pelatihan ini sangat membuka pengetahuan kami. Sebelumnya, kami di TPST hanya fokus di pemilahan sampah anorganik, sedangkan sampah organik kami biarkan begitu saja. Kami belajar bahwa ternyata ranting kayu apel yang sangat menumpuk di desa ini bisa diolah menjadi arang briket yang berguna dan bernilai ekonomis,” katanya dengan senyum lebar.

Kepala Desa Madiredo, Mahfud juga menyambut dan sangat mendukung inovasi ini. “Sampah organik di Desa Madiredo ini memang masih belum teratasi dengan bagus. Banyaknya sampah organik khususnya limbah dari ranting apel, jeruk atau limbah pertanian lainnya belum terolah dengan baik. Saya berharap melalui pelatihan pembuatan briket dari sampah organik ini dapat menjadi solusi yang bisa diterapkan oleh masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah sampah organik di desa ini,” ujar Mahfud.

Amilia Sari menambahkan bahwa inovasi ini bukan hanya sebuah proyek singkat, tetapi bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan desa yang lebih bersih, sehat, dan mandiri. Dengan arang briket sebagai solusi energi terbarukan, Desa Madiredo bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam pengelolaan sampah yang efektif dan efisien.

“Kami optimis bahwa melalui program pelatihan ini, mahasiswa dapat memberikan dampak positif yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Dengan semangat kebersamaan dan inovasi, perubahan menuju lingkungan yang lebih baik bukan lagi mimpi, tetapi kenyataan yang sedang diwujudkan,” harapnya. (*/Rz)