Masih Banyak Warga Belum Tahu, Mahasiswa IPB University Kenalkan Budikdamber dan Cara Pembuatan Kompos

Masih Banyak Warga Belum Tahu, Mahasiswa IPB University Kenalkan Budikdamber dan Cara Pembuatan Kompos

Masih Banyak Warga Belum Tahu, Mahasiswa IPB University Kenalkan Budikdamber dan Cara Pembuatan Kompos
Student Insight

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Akuakultur (Himakua) IPB University mengenalkan teknik budi daya ikan dalam ember (budikdamber) dan cara pembuatan kompos. Kegiatan terlaksana di Saung Kasturi Taman Baca, RW 08, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sosialisasi budikdamber ini bertujuan untuk memperkenalkan metode inovatif dan ramah lingkungan kepada masyarakat umum, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan lahan untuk berkebun atau budi daya ikan.

Pada acara sosialisasi ini, peserta diajak untuk memahami teknik praktis dalam memulai budi daya ikan lele menggunakan ember. Dengan bimbingan dari ahli dan praktisi di bidangnya, peserta dapat memperoleh pengetahuan tentang proses perawatan, pemberian pakan, serta manajemen air yang efektif.

“Kami berhasil menyelesaikan pembuatan 5 ember budikdamber yang masing-masing berisi 30 ekor lele. Setiap ember dilengkapi dengan 8 gelas kangkung yang ditaruh di tutup yang sudah dilubangi dengan solder. Bagian bawah ember juga telah disolder dan dilengkapi dengan keran untuk memudahkan proses pergantian air yang sudah kotor,” jelas Muhammad Kevin Naufal, anggota tim KKNT Inovasi.

Ia pun memberikan tips agar kualitas air di ember tetap terjaga. “Gunakan campuran EM4 berwarna pink dan molases dalam skala 1:1. Hal ini bertujuan agar kualitas air di ember tetap bersih dan tidak berbau tak sedap. Metode ini terbukti efektif dalam menjaga lingkungan budi daya yang sehat dan optimal untuk pertumbuhan ikan,” urai dia.

Selain budikdamber, tim KKNT Inovasi IPB University di Desa Pasireurih juga mengadakan sosialisasi pilah sampah dan pembuatan pupuk kompos. Aditia Sujationo dan Natalie Putri Pastika selalu inisiator program, memberikan edukasi seputar pemilahan sampah, mulai klasifikasi sampah hingga tata cara pemilahannya.

“Proses pembuatan pupuk kompos tidaklah sulit. Bahan-bahan yang dibutuhkan seperti EM4 dan molases juga mudah didapat di toko pertanian. Sampah yang terkumpul, dicacah terlebih dahulu. Sebelum sampah, tanah dimasukkan terlebih dahulu ke dalam ember,” tutur Aditia saat pelaksanaan program dinamai ‘Green Eurih’ itu.

Proses selanjutnya, kata dia, EM4 dan molases dengan perbandingan 1:1 dituang ke dalam botol air dan dicampurkan pada sampah di dalam ember. Setelah itu, sampah ditimbun tanah kembali dan ember ditutup rapat.

“Proses pembuatan kompos ini membutuhkan waktu selama satu bulan. Pupuk yang sudah matang nantinya akan berwarna coklat kehitaman, tekstur halus, dan tidak bau busuk,” paparnya.

Ketua tim KKNT Inovasi, Gerald Kenneth Raphael Lubis menambahkan, kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah wawasan baru kepada masyarakat. Selain itu, ini merupakan bagian dari upaya mahasiswa IPB University untuk berkontribusi, memberikan solusi praktis bagi masyarakat

“Kami berharap melalui kegiatan budikdamber, masyarakat dapat terinspirasi untuk memulai usaha budi daya ikan yang sederhana namun bermanfaat. Dan dengan Green Eurih, masyarakat menjadi lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan,” tutupnya. (*/Rz)