Sinergi Mahasiswa IPB University dan Desa Wangunsari Wujudkan Pertanian Lestari

Sinergi Mahasiswa IPB University dan Desa Wangunsari Wujudkan Pertanian Lestari

Sinergi Mahasiswa IPB University dan Desa Wangunsari Wujudkan Pertanian Lestari
Student Insight

Mahasiswa IPB University yang sedang melakukan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi menjalin kolaborasi dengan masyarakat Desa Desa Wangunsari, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.

Bersama dengan para pemuda Desa Wangunsari, mahasiswa KKNT Inovasi IPB University berhasil melaksanakan program kerja ‘SINAR: Sinergi Inovasi Biochar dan Ekoenzim untuk Pertanian Lestari’.

Kolaborasi ini lahir dari dorongan untuk meningkatkan potensi ekonomi serta pertanian yang berkelanjutan di desa tersebut. “Tujuan utama dari kegiatan pembuatan biochar dan ekoenzim ini adalah untuk memajukan pertanian di Desa Wangunsari,” ungkap Ilmi Tawaqal, selaku koordinator KKNT Inovasi Desa Wangunsari.

Ilmi mengatakan, setelah dilakukan penelitian lapangan yang mendalam, terungkap bahwa petani setempat sudah memiliki pengalaman dalam pembuatan arang sekam namun masih secara konvensional.

“Ini merupakan program KKN yang sasarannya adalah para petani di Desa Wangunsari. Namun, setelah kami lakukan peninjauan lapangan lebih lanjut ternyata petani di sini sudah berpengalaman dalam pembuatan arang sekam konvensional,” ujarnya.

Sehingga hal tersebut mengharuskannya untuk meningkatkan metode pembuatan arang sekam dengan metode minim oksigen (pyrolysis). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas biochar tersebut. Biochar sendiri memiliki kualitas tiga kali lebih baik daripada arang sekam biasa.

Proses pembuatan biochar dimulai dengan pemaparan materi mengenai latar belakang adanya program biochar dan ekoenzim. Kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi serta praktik langsung dengan melibatkan tiap unsur masyarakat Desa Wangunsari, meskipun program ini sendiri bermitra secara khusus dengan Kelompok Tani Unggul Mulya yang diketuai oleh Abah Acung.

Di waktu bersamaan, mahasiswa KKNT Inovasi IPB University memperkenalkan aplikasi Digitani kepada masyarakat Desa Wangunsari. Aplikasi ini berguna untuk membantu masyarakat dalam mengelola lahan pertanian yang berkelanjutan dan langsung fokus pada penyelesaian masalahnya.

“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan pertanian di Desa Wangunsari menjadi lebih baik. Dibuktikan dengan uji coba hasil yang terlihat jelas perbedaannya,” ujar Abah Acung selaku Ketua Kelompok Tani Unggul Mulya.

Selain itu, menurutnya, dengan memberikan edukasi terkait dengan pengelolaan tanah pertanian yang baik, memanfaatkan biochar dan ekoenzim yang berasal dari sisa bahan organik, bisa menjadi langkah konkret yang diambil untuk meningkatkan konsumsi dan produksi pertanian di desa ini.

Menurut Ilmi, kegiatan ini dapat dijadikan contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dengan mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki di desa tersebut. Ia sangat senang dengan tingginya antusiasme dari masyarakat yang tanggap terhadap masalah pertanian karena mereka yakin bahwa pertanian adalah suatu hal dasar dari pembangunan ekonomi desa.

Menurutnya, pemuda di desa harus berperan lebih dan harus memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan seperti di Desa Wangunsari agar hal seperti ini dapat diteruskan secara berkelanjutan.

“Peran pemuda desa dalam menjaga keberlanjutan dari kegiatan pertanian ini setelah KKN kami berakhir. Pemuda harus memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan agar program yang sudah kami rancang atau susun dapat diteruskan secara berkelanjutan,” pesannya.

Dengan adanya kegiatan tersebut, Ilmi berharap Kelompok Tani Unggul Mulya mampu mengaplikasikan biochar dan ekoenzim tersebut untuk pertanian yang berkelanjutan serta dibantu oleh pemuda setempat untuk memperluas jaringannya.

Selain itu, diharapkan para pemuda Desa Wangunsari bisa membuka bisnis baru yang berhubungan dengan produksi biochar dan ekoenzim untuk meningkatkan perekonomian Desa Wangunsari.

Melalui kegiatan tersebut, ia berpesan terkait pentingnya kreativitas dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomi serta lingkungan.

“Kita sebagai pemuda harus memiliki pemikiran untuk memanfaatkan sesuatu hal yang tidak bermanfaat menjadi suatu hal yang jauh lebih bermanfaat dan bisa menghasilkan keuntungan,” pungkasnya. (*/Rz)