Atasi Problem Food Estate di Lahan Gambut, Tim PKM VGK IPB Ciptakan Model Irigasi Berbasis Kearifan Lokal

Atasi Problem Food Estate di Lahan Gambut, Tim PKM VGK IPB Ciptakan Model Irigasi Berbasis Kearifan Lokal

Atasi Problem Food Estate di Lahan Gambut, Tim PKM VGK IPB Ciptakan Model Irigasi Berbasis Kearifan Lokal
Student Insight

Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Video Gagasan Konstruktif (PKM VGK) IPB University menciptakan sebuah model irigasi untuk mengatasi permasalahan food estate pada lahan gambut di Kalimantan.

“Ide ini berlandaskan dari keresahan kami selaku mahasiswa Fakultas Pertanian IPB University melihat adanya masalah terkait food estate. Proyek ini hanyalah semata proyek ambisius dan tidak melibatkan akademisi secara penuh dari awal ke akhir,” ujar Muhammad Saddham Aberalli selaku ketua tim.

Tim mahasiswa terdiri dari Muhammad Saddham Aberalli, Muhammad Farzi Azri, dan Elya Maulanisa dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan (MSL), serta Ivan Octavianto dan Prilly Amelia Suhadi dari Program Studi Arsitektur Lanskap. Mereka dibimbing oleh Ir Wahyu Purwakusuma, MSc, dosen MSL IPB University.

Saddham mengurai, riset dilakukan dengan melihat permasalahan yang terjadi pada lahan gambut kemudian mencari solusi terbarukan terkait hal tersebut. Pada akhirnya, dicetuskan sebuah sistem irigasi mutakhir, yaitu ‘Consurfation’.

Sistem irigasi ini mengadopsi irigasi lokal, yaitu Surjan yang berasal dari Yogyakarta untuk diterapkan pada lahan gambut. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, sistem ini dapat memberikan efektivitas dalam upaya konservasi lahan gambut serta menghindari lahan dari sistem pertanian monokultur yang menyebabkan diversifikasi pangan tidak terlaksana.

“Rancangan konstruksi inovasi ini sederhana tapi dapat berfungsi dengan maksimal. Selain itu, adanya inovasi dengan teknologi mutakhir dapat meningkatkan penggunaan teknologi pada sistem pertanian di Indonesia,” tambah Ivan selaku anggota tim.

Selain itu, inovasi ini memanfaatkan limbah batubara, yaitu FABA atau fly ash bottom ash sebagai amelioran bagi tanah gambut. Amelioran berfungsi sebagai perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, yang biasanya berasal dari kapur atau dolomit.

“FABA dinilai ampuh untuk menggantikan peran kapur karena banyaknya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara di Kalimantan. Tim juga melakukan survei untuk melihat FABA, yaitu di PLTU Labuan, Banten,” imbuhnya.

Langkah selanjutnya, Ivan menambahkan, inovasi ini akan didaftarkan hak kekayaan intelektual (HAKI) serta disebarluaskan ke media sosial untuk meningkatkan kepekaan publik terkait solusi atas permasalahan tersebut. Harapannya dengan adanya inovasi ini, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian di Indonesia. (*/Rz)