Tim PKM IPB University Kaji Upaya Pencegahan Seks Bebas Berbasis Kearifan Lokal di Indramayu

Tim PKM IPB University Kaji Upaya Pencegahan Seks Bebas Berbasis Kearifan Lokal di Indramayu

Tim PKM IPB University Kaji Upaya Pencegahan Seks Bebas Berbasis Kearifan Lokal di Indramayu
Student Insight

Mahasiswa IPB University tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM RSH) ‘Ngawurat’ melakukan riset terhadap salah satu adat di Desa Lelea, Indramayu, Jawa Barat, yakni upacara adat Ngarot. Riset ini dilakukan untuk mengungkap kaitan adat kearifan lokal sebagai upaya pencegahan seks bebas.

“Seks bebas masih menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan di masyarakat. Tingginya angka seks bebas, terutama pada generasi Z saat ini salah satunya disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai luhur budaya di tengah masyarakat,” ungkap Ilham Ramadhani Amir, salah satu anggota tim.

Menurutnya, upaya pencegahan seks bebas salah satunya dapat melalui pendekatan sosial dengan memanfaatkan kearifan lokal bangsa Indonesia. Untuk itu, ia bersama tim melakukan penelitian sosial ini.

“Saya memang sudah tahu lama tentang upacara adat Ngarot ini sejak menjadi Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat tahun 2020 lalu. Saat itu, ada salah satu juri bernama Teh Anggi yang berasal dari Kabupaten Indramayu juga menanyakan upacara adat ini ketika sesi tanya jawab berlangsung,” ujarnya.

“Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman tim untuk meneliti kaitan upacara adat ini sebagai bentuk pencegahan seks bebas berbasis kearifan lokal,” ucap Ilham.

Tim Ngawurat PKM RSH diketuai oleh Markus Amartya Sam Hutahaean, bersama empat anggotanya, yaitu Ilham Ramdhani Amir, Delita Nur Hasanah, Michelle Zevanya Wilma, Ledya Wahyuni serta dosen pembimbing, Hana Indriana, SP, MSi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB University.

Salah satu yang menjadi objek riset dari upacara adat Ngarot yakni mahkota bunga yang dikenakan oleh remaja putri dalam upacaranya. Ada mitos bahwa mahkota bunga ini akan layu jika dikenakan oleh remaja putri yang sudah tidak dalam keadaan perawan.

Melalui perizinan dengan pihak desa, Tim Ngawurat melakukan riset dengan mengambil data responden generasi Z dari lima sekolah yang berada di sekitar Desa Lelea, serta melakukan wawancara terhadap beberapa stakeholders. Riset ini akan berjalan dari tanggal 21 April hingga 22 Agustus 2024 mendatang.

“Lebih menjaga diri aja, sih. Kalau aku dari kecil udah diceritain gitu-gitu di desa ada adat Ngarot. Katanya kalau ga perawan bakal keliatan pas pake bunga itu, mohon maaf kalau udah ga perawan nanti bunganya bakal layu, jadi kita tuh kayak lebih menjaga diri gitu, Kak, mau cewek ataupun cowok. Tetap menjaga diri walaupun bukan yang pakai bunga”, ujar salah satu key informan yang diwawancarai oleh tim Ngawurat.

Ilham bersama tim PKM RSH berharap dengan riset ini, keterbaruan yang dipublikasikan akan menjadi bukti bahwa upacara adat Ngarot dapat menjadi bentuk upaya pencegahan seks bebas berbasis kearifan lokal di Desa Lelea. Hal itu, kata dia, juga diharapkan dapat turut menurunkan angka seks bebas di Kabupaten Indramayu. (*/Rz)