Mahasiswa IPB University Gandeng Komunitas Save Street Child Street Buat Pentas Bakat Anak Marjinal Kota Bogor
B-Rangers Street, kelompok mahasiswa IPB University yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) 2024, berhasil menyelenggarakan acara pentas bakat yang dipersembahkan untuk anak-anak marjinal yang tinggal di sekitar Terminal Baranangsiang, Kota Bogor.
Pentas bakat bertajuk ‘Suaraku Pesonaku Bertabur Ungkapan (SPBU)’ merupakan misi terakhir dari 13 target pertemuan selama program B-Rangers Street berjalan. Tim PKM PM IPB University mengangkat tema pentingnya penguatan minat bakat pada anak marjinal melalui edukasi pentingnya meraih cita-cita sejak kecil dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak yang tergabung dalam Save Street Child (SSC) Kota Bogor, komunitas yang peduli akan kondisi anak jalanan. Anak tersebut memiliki keterbatasan baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Perasaan haru dan bangga orang tua murid terekspresikan saat melihat anak mereka tampil di atas panggung. Antusias masyarakat juga sangat tinggi dalam meramaikan acara tersebut.
“Acara seperti ini sangat positif bagi warga kami, karena anak merupakan aset yang berharga bagi setiap orang tua. Saya merasa bahagia bisa melihat anak warga RW 12 menunjukkan bakat mereka dengan percaya diri. Kami juga kaget bahwa anak-anak kami memiliki banyak bakat yang terpendam,” tutur Kusnadi selaku ketua RW 12.
King, ketua tim PKM PM IPB University menyatakan, semangat anak-anak yang tampil sangat tinggi, bahkan antusias mereka sudah terlihat sedari latihan pada program ke-3 B-Rangers Street yakni Passion Class. Terdapat lima bidang Passion Class di antaranya karya tulis, tari kreasi, seni gambar, sains, dan olahraga.
“Penentuan bidang ini menggunakan metode Forward Chaining, yang diamati dengan kegiatan yang dikemas berupa games petualangan. Metode ini telah mengidentifikasi 12 kriteria penilaian seperti kemampuan untuk mengembangkan, kreativitas, fisik, dan fokus anak,” ungkap King.
Program ini diharapkan dapat memupuk rasa percaya diri anak, serta mampu menuangkan kreativitas. Selain itu, di akhir penampilan, mahasiswa IPB University juga menyuguhkan kampanye anti pekerjaan anak.
Perlu diketahui bahwa beberapa anak yang tergabung dalam komunitas SSC membantu orang tua mereka bekerja seperti berdagang dan beberapa lainnya pernah turun ke jalan, baik bermain maupun bekerja.
Kampanye ini berupa penyampaian pesan dan harapan anak-anak terkait cita-citanya. Beberapa anak menuliskan cita-citanya dan pesan kepada orang tua untuk membantu mereka dalam menggapainya.
Naysila, salah satu anak murid justru menuliskan hal yang berbeda. Ia menuliskan harapannya menjadi seorang polisi dan rasa rindunya kepada orang tuanya yang telah meninggal.
Mahasiswa IPB University yang menggelar acara tersebut merasa bangga atas penampilan anak-anak tersebut, meskipun dengan rasa sedih yang dirasakan, mengingat acara tersebut merupakan pertemuan terakhir mereka bersama anak-anak.
“Kami juga merasa sedih dan tidak menyangka bahwa mereka bisa menunjukkan bakatnya dengan sangat percaya diri. Anak-anak yang sering dipandang rendah dan dipinggirkan tersebut justru mengajarkan kepada kami bahwa keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berusaha dalam menggapai cita-cita,” ucap King.
Setelah program terlaksana, ia dan tim akan melakukan monitoring dan evaluasi guna melihat perubahan baik kepada sasaran, maupun pengaruh lingkungan di Desa Baranangsiang. Tim juga akan berupaya dalam menjalin kerja sama dengan beberapa pihak sebagai bentuk keberlanjutan program. Adapun kerja sama tersebut akan menyasar pada Dinas Sosial Kota Bogor, organisasi nirlaba, yayasan pengabdian, dan organisasi mahasiswa.
“Harapannya, program yang terlaksana dapat dilanjutkan oleh komunitas SSC Kota Bogor. Tim juga akan menyusun buku pedoman mitra sebagai panduan mitra dalam menjalankan dan mengembangkan program menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya. (*/Rz)