Guru Besar IPB University Jelaskan Pendekatan Ekologi Lanskap dalam Manajemen Terintegrasi untuk Konservasi Habitat Raptor

Guru Besar IPB University Jelaskan Pendekatan Ekologi Lanskap dalam Manajemen Terintegrasi untuk Konservasi Habitat Raptor

Guru Besar IPB University Jelaskan Pendekatan Ekologi Lanskap dalam Manajemen Terintegrasi untuk Konservasi Habitat Raptor
Riset

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Syartinilia menjelaskan pentingnya pendekatan ekologi lanskap dalam manajemen terintegrasi untuk konservasi habitat raptor.

“Indonesia menjadi lintasan migrasi bagi banyak raptor. Namun, kerusakan habitat dan perburuan ilegal telah mengancam keselamatan raptor tersebut,” ucapnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, (5/6).

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan manajemen lanskap terintegrasi yang menggunakan paradigma ekologi lanskap. Ekologi lanskap memungkinkan integrasi yang komprehensif dari struktur, fungsi, dan perubahan lanskap, dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi interaksi ekologis.

“Paradigma tersebut mengombinasikan struktur lanskap dengan manajemen multi-skala, menghubungkan fungsi lanskap dengan manajemen lintas-batas, manajemen yang adaptif pada perubahan, dan manajemen yang menggabungkan unsur-unsur tersebut untuk mencapai integritas lanskap yang berkelanjutan,” tuturnya.

Prof Syartinilia menjelaskan, berdasarkan perilaku, raptor terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang menetap/endemik seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi), dan yang bermigrasi seperti sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus).

Pada kasus elang jawa, digunakan pendekatan multi-skala untuk memahami struktur lanskap dengan fokus pada patch habitat pada skala mikro, meso dan makro. Temuan terbaru menunjukkan keberadaan patch habitat elang jawa di dataran rendah mengalami penurunan, yang tidak terdeteksi sebelumnya.

“Penurunan luas habitat potensial elang jawa disebabkan oleh degradasi hutan dan dampak perubahan iklim serta aktivitas manusia. Proyeksi untuk tahun 2050 menunjukkan kemungkinan penurunan luas habitat potensial elang jawa yang signifikan,” ucapnya.

Sementara itu, Prof Syartinilia menyebut sikep-madu asia sebagai raptor yang bermigrasi memiliki peran penting sebagai indikator kesehatan ekosistem global. Menurutnya, perubahan iklim mengancam habitat dan jarak migrasi sikep-madu asia berdasarkan model proyeksi menunjukkan penurunan luas habitat di masa depan.

“Oleh karena itu, penting adanya adopsi paradigma terintegrasi dalam manajemen lanskap untuk mengatasi konflik dalam manajemen konvensional dan menjaga integritas lanskap. Konservasi habitat dan pemahaman lebih lanjut tentang perubahan lanskap menjadi bagian penting dari strategi konservasi untuk spesies raptor baik yang endemik seperti elang jawa maupun yang bermigrasi seperti sikep-madu asia,” tuturnya. (dr/Rz)