Prof Budi Setiawan Jelaskan Inovasi Pengembangan Produk Pangan untuk Intervensi Gizi

Prof Budi Setiawan Jelaskan Inovasi Pengembangan Produk Pangan untuk Intervensi Gizi

Prof Budi Setiawan Jelaskan Inovasi Pengembangan Produk Pangan untuk Intervensi Gizi
Riset

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Prof Budi Setiawan mengenalkan inovasi pengembangan produk pangan untuk intervensi gizi (Food-based Nutrition Intervention). Hal itu diungkapkannya pada Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar melalui Zoom (8/5).

Prof Budi mengatakan, pengembangan produk pangan untuk menanggulangi masalah gizi haruslah holistik. Di samping itu juga harus mempertimbangkan aspek teknis, sosial, dan finansial dari kelompok sasaran.

“Produk-produk tersebut harus memenuhi standar teknis yang ketat, diterima secara sosial oleh masyarakat, dan layak secara finansial untuk diproduksi dan diakses oleh mereka yang membutuhkannya,” ucapnya.

Prof Budi mengungkapkan, intervensi gizi berbasis pangan dapat dilakukan dengan pengembangan produk pangan baru sesuai dengan kebutuhan gizi kelompok sasaran, berbahan dasar pangan lokal Indonesia yang potensial dan melimpah.

Untuk itu, sejumlah inovasi produk pangan dari hasil penelitiannya dirancang sesuai kebutuhan kelompok sasaran. Produk-produk ini menggunakan bahan lokal, memiliki karakteristik organoleptik yang disukai, dan telah terbukti memiliki manfaat kesehatan.

“Merencanakan dan melaksanakan pemberian pangan diet khusus adalah bagian dari kompetensi tenaga kesehatan gizi, termasuk nutrisionis dan dietisien. Untuk dapat mencantumkan klaim manfaat kesehatan, produk pangan baru harus melalui clinical assay atau uji intervensi pada manusia sesuai protokol standar,” ungkapnya.

Prof Budi melanjutkan, beberapa hasil penelitian tentang pengembangan produk pangan baru telah tersedia dalam jurnal ilmiah terkemuka dan beberapa produk telah diajukan untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

Produk-produk ini mencakup pengembangan produk Ready to Use Therapeutic Food (RUTF) berbahan kacang hijau, serealia dan minyak nabati; pengembangan sup krim labu kuning diperkaya tempe untuk lanjut usia; pengembangan minuman kelapa muda bubuk untuk menurunkan risiko diabetes melitus; serta modifikasi proses pembuatan oncom hitam dan pemanfaatannya dalam pengembangan biskuit sebagai makanan tambahan lansia.

“Pengembangan produk pangan baru ini diharapkan dapat menggantikan impor produk pangan khusus seperti Food for Special Dietary Uses (FSDU) atau Pangan untuk Keperluan Diet Khusus (PKDK), dan Food for Special Medical Purposes (FSMF) atau Pangan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK), maupun Ready to Use Therapeutic Food (RUTF) atau Pangan Terapeutik Siap Pakai (PTSP),” tutupnya. (dr/Rz)