Peneliti IPB University Ungkap Persoalan Kompleks Kawasan Puncak, Bogor Lewat Bedah Buku

Peneliti IPB University Ungkap Persoalan Kompleks Kawasan Puncak, Bogor Lewat Bedah Buku

Peneliti IPB University Ungkap Persoalan Kompleks Kawasan Puncak, Bogor Lewat Bedah Buku
Berita / Riset

Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB University mengadakan bedah buku “Isu dan Aksi di Kawasan Puncak dalam Perspektif Ekologi dan Sosial,” 23/2. Buku tersebut merupakan kolaborasi para peneliti IPB University. Buku tersebut ditulis oleh Prof Ernan Rustiadi, Arif Rahman, Siti Wulandari dan Setriyardi Pratika Mulya.

Buku ini merekam berbagai permasalahan yang dihadapi kawasan puncak di Kabupaten Bogor. Dinamika pengelolaan Puncak yang tertuang di dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi kawasan puncak yang lain di Indonesia.

Kepala P4W IPB UNiversity, Prof Baba Barus menyampaikan apresiasi kepada para penulis yang telah berhasil menyelesaikan buku tersebut. “Puncak merupakan sesuatu yang menarik, banyak yang dapat diperoleh, mulai dari isu ekonomi, perencanaan dan pengembangan. Puncak juga menyangkut wilayah lain, ini menjadi sesuatu yang menarik ”

Dalam bedah buku ini, Prof Ernan Rustiadi mengupas terkait isi yang merupakan kompilasi hasil penelitian mahasiswa mulai dari program Sarjana, Magister dan Doktor. Ia menyampaikan ada perubahan cukup besar, yaitu area yang tadinya kawasan hutan lindung seluas 3800 hektar berubah menjadi kawasan hutan produksi dan kawasan perkebunan. Hal ini menyebabkan kawasan hutan lindung berkurang

“Kawasan Puncak, Bogor memiliki permasalahan kompleks meliputi masalah agraria, kepemilikan dan penguasaan lahan, inkonsistensi tata ruang dan di lapangan terjadi perampasan lahan negara,” kata Prof Ernan Rustiadi, penulis buku sekaligus Wakil Rektor IPB University bidang Penelitian, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim ini.

Tidak hanya itu, kata Prof Ernan, penurunan tutupan ruang terbuka hijau, tumbuhnya villa-villa yang bukan peruntukannya memicu terjadinya banjir dan longsor. Fenomena banjir dan longsor juga harus diwaspadai karena rentannya daya dukung daerah sungai Ciliwung.

“Kami juga mengevaluasi tentang maraknya perambahan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Aktivitas perambahan ini dikhawatirkan dapat menyebabkan bencana ekologi yang lebih banyak,” kata Prof Ernan Rustiadi.

Buku ini turut mendapat apresiasi dan bahasan dari para pakar tata ruang Dwi Hariyawan Sutrisno (Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang – Kementerian ATR/BPN), Komara Djaja (Dosen Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan – Universitas Indonesia), Rudy Tambunan (Dosen Universitas Indonesia), Een Irawan Putra (Director for Urban Sustainability Program – Rekam Nusantara Foundation), Ajat Rochmat Jatnika (Kepala Bappedalitbang Kabupaten Bogor)