Siapkan Aparatur Desa Kompeten, IPB University Wisuda Sekolah Pemerintahan Desa Angkatan III
Ratusan aparatur desa yang mengikuti program Sekolah Pemerintahan Desa (SPD) IPB University mengikuti seremoni Wisuda Angkatan III, Rabu (20/12) di Graha Widya Wisuda (GWW), Kampus Dramaga. Peserta SPD angkatan ketiga berjumlah 180 orang yang berasal dari 60 desa se-Kabupaten Bogor. Mereka adalah kepala desa dan perangkatnya.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University sekaligus penggagas SPD, Dr Sofyan Sjaf menyampaikan apresiasi sekaligus rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia berkolaborasi sehingga SPD bisa terus berjalan sampai dengan saat ini.
“Hingga saat ini berarti SPD IPB University telah sampai pada angkatan ketiga dan dengan aksi kolektif semua pihak, kami optimis SPD akan terus berlanjut,” katanya.
Optimisme keberlanjutan SPD, sambungnya, bukan tanpa sebab kuat. Dr Sofyan merunut, gagasan SPD lahir dari diskusi demi diskusi dengan para kepala desa.
“Ide dasarnya adalah dari desa. Dari obrolan dengan para kepala desa yang bersentuhan dengan kegiatan kami di desa-desa di Indonesia. Karena akarnya jelas (desa), maka kami optimis SPD akan terus berkelanjutan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa urgensi SPD tidak terelakkan pada momentum saat ini. Otonomi desa, singgungnya, perlu dibarengi dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) desa yang mumpuni, lebih khusus aparatur desa yang berkaitan langsung dengan tata kelola pemerintahan desa.
“Kehadiran SPD ditujukan untuk merespon persoalan tersebut. Pembelajaran SPD diarahkan untuk mencetak aparatur desa yang memadai dalam partisipasi pengelolaan desa. Termasuk, memahami konstruksi data desa presisi sebagai dasar perencanaan pembangunan desa,” ungkapya.
Di tempat yang sama, Murtono, SSTP, MSi, Direktur Fasilitasi Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI mengapresiasi inovasi SPD IPB University. Ia mengatakan, SPD adalah program pendidikan satu-satunya di Indonesia yang terkonsentrasi penuh pada peningkatan kapasitas aparatur desa.
“Inovasi ini perlu diapresiasi, karena betul bahwa urgensi peningkatan kapasitas SDM desa, lebih khusus aparatur desa, tidak bisa diabaikan lagi,” ujarnya.
Ia mengatakan, “Begitu banyak program pemerintah yang masuk ke desa. Jika tidak diimbangi atau didukung dengan kapasitas SDM desa yang mumpuni, besar risikonya bahwa program-program tersebut kurang optimal atau gagal sama sekali.”
Ia berharap, kerja sama apik antara pemerintah desa, pemerintah kabupaten dan perguruan tinggi bisa meluas di banyak daerah di Indonesia. “Semoga ke depan program SPD bisa menyentuh lebih banyak lagi desa di Indonesia,” tegasnya.
Sementara, Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam sambutannya menuturkan, desa pada prinsipnya adalah kekuatan. Mayoritas rakyat Indonesia tinggal di wilayah perdesaan, sehingga maju atau tidaknya Indonesia turut ditentukan oleh desa.
“Jika desanya bertumbuh maju, maka berarti akan demikian pula transformasinya di jenjang yang lebih tinggi, yaitu kecamatan, kabupaten, seterusnya hingga jenjang nasional,” katanya.
Prof Arif melanjutkan, untuk mengantarkan desa pada kemajuan, sekurang-kurangnya ada dua faktor yang menjadi penentu, yaitu SDM desa yang unggul dan inovasi dari desa. Program SPD dan Data Desa Presisi (DDP), lanjutnya, adalah bentuk komitmen IPB University untuk kemajuan desa-desa di Indonesia.
“SPD ditujukan untuk mencetak aparatur desa yang andal dalam implementasi tata kelola pemerintahan desa yang baik, sedangkan Data Desa Presisi dimaksudkan untuk membenahi data Indonesia yang perlu dimulai dari desa,” tegasnya. (Wid/Rz)