Klinik Tanaman IPB Hadir Jadi ‘Laboratorium Lapangan’, Petani di Kiarasari Bisa Konsultasi Masalah Pertanian
Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University berkolaborasi dengan Gugah Nurani Indonesia (GNI) dalam menyelenggarakan kegiatan konsultasi pertanian ‘Laboratorium Lapangan’. Acara ini sukses dilaksanakan pada 26/11 di Lapangan SDN Cipendeuy, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Muhammad Rusdini, seorang petani local champion di Desa Kiarasari, menyampaikan semangat warga desa untuk melakukan regenerasi pertanian dalam sambutannya. “Permakultur trubuk nonpestisida dan hortikultura juga telah dilakukan dengan harapan dapat berkolaborasi dengan perlakuan nonpestisida. Pendampingan tidak hanya dari GNI, tetapi juga dapat melibatkan sektor lain, seperti TNC IPB University,” ungkap Rusdini.
Kegiatan melibatkan mobil Klinik Tanaman Terpadu IPB University yang dilengkapi dengan peralatan laboratorium untuk melakukan pengujian tanaman secara efisien.
Bonjok Istiaji, SP, MSi, dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University, memberikan pengantar sekaligus berperan sebagai pakar dari TNC IPB University pada sesi konsultasi. Ia menjelaskan bahwa klinik tanaman (Klintan) berfungsi sebagai puskesmas berjalan bagi tanaman.
“Petani diundang untuk membawa tanaman yang sakit saat acara klinik tanaman berlangsung agar dapat diidentifikasi dengan lebih baik. Ini merupakan kesempatan bagi para petani untuk mendapatkan solusi dan rekomendasi secara langsung dari ahli pertanian,” ujar Bonjok.
Sebanyak 42 petani dengan antusias membawa tanaman mereka, termasuk tanaman bawang merah, kacang panjang, cabai dan timun. Para petani mendapatkan kesempatan untuk berkonsultasi terkait hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi solusi konkret untuk mengatasi masalah tanaman bagi para petani di Desa Kiarasari. Inisiatif seperti ini tidak hanya memberikan jawaban praktis, tetapi juga membangun jejaring antara petani dan ahli pertanian serta menciptakan sinergi yang bermanfaat untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.
“Kegiatan ini dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk langkah awal ke depan, sehingga petani memiliki ruang gerak dan diberikan kesempatan untuk menjadi pioneer dan agent of change dari wilayah masing-masing di sektor pertanian,” ujar Anton Setiawan selaku Manager Community Development Program GNI. (NWE/Rz)