Prof Suwarto: Prima-Cassava Jadi Solusi Peningkatan Daya Saing dan Keberlanjutan Ubi Kayu Nasional

Prof Suwarto: Prima-Cassava Jadi Solusi Peningkatan Daya Saing dan Keberlanjutan Ubi Kayu Nasional

Prof Suwarto: Prima-Cassava Jadi Solusi Peningkatan Daya Saing dan Keberlanjutan Ubi Kayu Nasional
Riset

Profesor IPB University dari Fakultas Pertanian, Prof Suwarto mengatakan IPB Prima-Cassava dapat menjadi solusi peningkatan daya saing dan keberlanjutan ubi kayu nasional. Hal itu diungkapkannya pada Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar melalui zoom (23/11).

Prof Suwarto mengatakan, ubi kayu menjadi komoditas yang memiliki nilai strategis dan dapat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Ia menuturkan dunia dan Indonesia telah dihadapkan pada tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan energi yang semakin meningkat.

“Masalah krisis pangan dan kelaparan massal menjadi fokus utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) G20 di Bali 2022 terkait perubahan iklim. Ubi kayu sedang diusahakan oleh setidaknya 105 negara tropika sebagai sumber karbohidrat untuk pangan, pakan, energi dan industri di masa depan,” ucapnya.

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University itu melanjutkan, tiap bagian tanaman ubi kayu mengandung hara makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Hara ini terangkut dari lahan bersamaan dengan biomassa yang diangkut saat panen.

“Semakin banyak biomassa terangkut, semakin banyak hara hilang dari lahan. Apabila tidak ada pengembalian yang cukup, maka akan terjadi pengurasan hara tanah atau neraca hara negatif sehingga ubi kayu dikonotasikan menguruskan tanah,” tuturnya.

Prof Suwarto, lebih lanjut mengatakan pengambilan hasil panen ubi kayu dengan membawa umbi sebanyak 40 ton per hektare memberikan hasil positif pada ketersediaan nutrisi N, P dan K. Sebaliknya, jika seluruh biomassa tanaman diangkut, hasilnya akan merugikan terutama pada ketersediaan nutrisi N dan K.

“Namun, pendekatan yang menggabungkan panen 40 ton umbi dengan membawa pulang 60 persen biomassa batang untuk digunakan sebagai bibit menghasilkan neraca nutrisi N, P dan K yang positif,” terangnya.

Menurut Prof Suwarto, penerapan praktik pertanian baik atau Good Agricultural Practices (GAP) bersama dengan pengembalian biomassa memainkan peran kunci dalam meningkatkan kesuburan lahan. Upaya tersebut juga memastikan keberlanjutan produksi ubi kayu nasional.

“Implementasi teknologi ini, yang terintegrasi dalam standard operating procedure (SOP) budi daya ubi kayu IPB Prima-Cassava, membawa peningkatan pendapatan sebesar 20 persen pada tahun pertama. Bahkan, mencapai 54 persen pada tahun berikutnya jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi konvensional atau Rp 13.675.000 per hektare per musim,” kata dia. (dr/Rz)