Kepala TNC IPB University Jelaskan Gotong Royong Sebagai Kunci Sukses Pengendalian OPT

Kepala TNC IPB University Jelaskan Gotong Royong Sebagai Kunci Sukses Pengendalian OPT

Kepala TNC IPB University Jelaskan Gotong Royong Sebagai Kunci Sukses Pengendalian OPT
Berita

Kepala Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University, Prof Hermanu Triwidodo memberikan kuliah yang penuh wawasan melalui acara webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani dengan materi “Pengendalian Hama Sundep atau Beluk (Penggerek Batang Padi)” pada 17/11.

Pada kesempatan tersebut, Prof Hermanu memberikan pengantar terkait perbedaan serangan pada padi saat masa vegetatif yang disebut ‘sundep’ dan masa generatif yang disebut ‘beluk’. Selain itu, ia juga menyebutkan berbagai penggerek batang padi yang menjadi penyebab gejala, dengan penggerek batang padi kuning sebagai fokus utama, terutama di dataran rendah.

“Penggerek batang padi kuning ini telurnya ditutupi rambut halus berwarna kecoklatan, pupanya berwarna bercak putih, ngengatnya berwarna kuning dengan ada titik jelas di bagian tengahnya,” jelasnya, memberikan gambaran detail mengenai karakteristik penggerek tersebut.

Pada konteks pengendalian, Prof Hermanu membahas berbagai metode, seperti penggunaan insektisida, parasitoid, predator, perangkap feromon, petik kelompok telur, dan perangkap lampu. Namun, ia juga menekankan pentingnya pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan 4P, yaitu penangkalan, pengekangan, pemantauan, dan penekanan.

“Keberhasilan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dalam suatu wilayah dapat dilakukan dengan tindakan pengendalian preemptif. Tanggung jawab pengendalian hama ada di petani. Tanggung jawab kita adalah bagaimana menularkan pengetahuan kita kepada rekan-rekan petani dan mendorong agar kegiatan ini menjadi kegiatan bersama yang dilakukan oleh semua orang,” ungkapnya.

Dalam menyuarakan impian pribadinya, Prof Hermanu menyentuh aspek ekonomi petani. Selain itu, ia juga menyampaikan kepeduliannya terhadap kondisi ekonomi para pelaku pertanian.

“Kalau di persemaian harga 1 telur 20ribu, rasanya kita tidak akan sayang untuk memberikan 500 rupiah kepada adik-adik dan anak-anak sekolah per satu telur untuk tambahan uang jajan mereka,” ujarnya.

Prof Hermanu menyoroti hama pertanian yang tidak mengenal batas administrasi. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bersatu dan memperkuat kebersamaan dalam menjaga keberlanjutan pertanian di Indonesia.

“Permasalahannya yaitu bagaimana agar kita dapat mendorong gotong royong ini supaya menjadi gerakan massa. Kebersamaan atau gotong royong merupakan penentu keberhasilan pengendalian hama. Tugas kita adalah bagaimana kita bisa menularkan dan mendorong para petani untuk melakukan secara bersama-sama, sehingga kebiasaan mengumpulkan kelompok telur menjadi bagian dari ritual budidaya tanaman padi,” paparnya.

Acara yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia ini dilaksanakan secara online melalui Zoom Meeting dan YouTube yang dihadiri oleh 1378 peserta, yang terdiri dari petani, penyuluh, POPT (Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan), akademisi, dan masyarakat di seluruh Indonesia. (Lp)