Hadiri PNLG Forum, PKSPL IPB University Promosikan Blue Carbon Capacity Development Program untuk Asia Timur

Hadiri PNLG Forum, PKSPL IPB University Promosikan Blue Carbon Capacity Development Program untuk Asia Timur

Hadiri PNLG Forum, PKSPL IPB University Promosikan Blue Carbon Capacity Development Program untuk Asia Timur
Berita

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University yang dipercaya sebagai Presiden PEMSEA Network Learning Centre (PNLC) menyampaikan konsep dan usulan pengembangan riset dan program peningkatan kapasitas pada acara PEMSEA Network Local Government Annual Forum (PNLG Forum) 2023.

PNLG Forum sendiri adalah forum tahunan bagi jejaring pemerintah daerah yang memiliki wilayah laut di negara-negara Asia Timur. Sebanyak 56 pemerintah daerah dari 12 negara bertemu untuk melaporkan capaian-capaian program pengelolaan pesisir di wilayah masing-masing.

Kepala PKSPL IPB University, Prof Yonvitner dalam kapasitas sebagai Presiden PNLC menyampaikan, seiring ancaman global perubahan iklim, wilayah pesisir dan pulau kecil menjadi wilayah paling rentan. Untuk itu, perlu didorong upaya mitigasi dan adaptasi dari dampaknya.

“Dalam konteks mitigasi, PKSPL IPB University sebagai learning center pengelolaan pesisir terpadu menginisiasi program solutif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), berbasis natural resources solutions melalui pengembangan mitigasi blue carbon ecosystem,” jelasnya saat menghadiri PNLG Forum di Xiamen Fujian Hotel, Kota Xiamen, Provinsi Fujian, Republik Rakyat Tiongkok, (9-10/11).

Dalam hal ini, lanjut dia, PKSPL IPB University akan mendorong skema riset dan program capacity building. Menurut Prof Yonvitner, capacity building diperlukan. Pasalnya, pemahaman dan kapasitas sumber daya manusia dalam menyelenggarakan sistem measurement, reporting and verification (MRV) pengurangan GRK, khususnya dalam blue carbon ecosystem masih sangat terbatas.

“Sementara itu, dunia internasional dan pemerintah sedang mendorong blue carbon (mangrove dan lamun) menjadi sektor yang sangat potensial, sektor yang dapat berkontribusi dalam pencapaian nationally determined contribution (NDC) untuk setiap negara anggota PEMSEA, termasuk Indonesia,” imbuhnya.

Prof Yonvitner menuturkan, PKSPL IPB University sebagai Presidensi PNLC berkepentingan untuk menggalang universitas dan lembaga riset di negara-negara anggota PEMSEA dalam mengembangkan riset dan pelatihan. Langkah tersebut niscaya dapat membantu pemerintah dan negara-negara Asia Timur dalam upaya pengurangan emisi GRK sebagai penyebab perubahan iklim.

“Perubahan iklim semakin memberatkan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Dengan usulan PKSPL IPB University ini, diharapkan negara-negara pesisir dapat memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi agar kota-kota pesisir lebih siap dan resilient dalam menghadapi dampak perubahan iklim,” tandasnya.

Prof Yonitner dalam paparannya juga menyatakan, “Mengapa kita perlu mendorong blue carbon ecosystem sebagai solusi? Karena potensi blue carbon ecosystem, khususnya mangrove dan seagrass memiliki kemampuan menyimpan karbon dan mengurangi emisi jauh lebih bagus dibanding vegetasi lain.”

Terlebih, ekosistem blue carbon dimiliki oleh seluruh anggota PEMSEA. Meskipun secara teknis dan metodologis, pengetahuan dan kapasitasnya dalam mengelola upaya mitigasi perubahan iklim masih sangat terbatas. Termasuk dalam hal carbon tradingnya. Bagi Indonesia misalnya, belum terakomodir dalam NDC dan secara metodologis jauh tertinggal dibanding sektor forest and others land use (FOLU).

“Untuk itu, sebagai Presiden PNLC, PKSPL IPB University mendorong agar program ini dapat didorong bersama dijalankan di negara-negara anggota PEMSEA melalui pelatihan MRV sebagai mekanisme standar pengurangan emisi GRK, khususnya dari sektor kelautan,” pungkas Prof Yonvitner. (MAA/Rz)