Departemen Biologi IPB University Gelar Seminar, Salah Satunya Ungkap Alasan Lebah Suka Berkoloni
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali menggelar Seminar on Biology, Kamis (2/11). Topik utama yang diulik terkait lebah dan isu-isu yang menyelimutinya dilihat dari sisi biologi. Adapun peserta yang hadir merupakan mahasiswa Departemen Biologi IPB University.
Seminar ini menghadirkan dua mahasiswa, salah satunya dari universitas luar negeri. Kedua mahasiswa tersebut adalah Katrina Klett, mahasiswa program doktor dari Department of Natural Resources Scientific Management, University of Minnesota dan Tiara Sayusti, mahasiswa pascasarjana Program Studi Biosains Hewan Departemen Biologi IPB University.
Prof Rika Raffiudin, dosen Departemen Biologi IPB University yang memandu jalannya seminar mengatakan, kegiatan tersebut ditujukan untuk mendiseminasikan hasil penelitian terkait lebah. Pentingnya peran lebah bagi lingkungan juga harus dikenalkan kepada para mahasiswa, ia melanjutkan.
“Saya berharap seminar ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua terkait lebah, terutama mengenai karakteristik, morfologi, fisiologi dan kaitannya dengan populasi serta perannya terhadap lingkungan,” kata dia.
Katrina Klett secara spesifik membahas faktor-faktor nutrisi pemicu perilaku berkerumun pada koloni lebah. Perilaku berkerumun ini sangat berkaitan erat dengan aktivitas reproduksi lebah sehingga mempengaruhi jumlah populasinya di suatu wilayah. Perilaku tersebut, sebut Katrina, juga dipengaruhi oleh jenis polen yang terdapat di wilayah habitatnya.
“Kunci perilaku berkerumun yang mendorong aktivitas reproduksi ini dipengaruhi oleh konsumsi polen yang merupakan sumber makanannya, lebih tepatnya protein vitellogenin,” urainya.
“Lahan pertanian harus dikelola secara holistik sehingga dapat melindungi habitat dan sumber makanan polinator atau lebah karena populasi lebah memiliki peranan penting dalam pertanian berkelanjutan,” tambah Katrina.
Sementara Tiara membahas terkait morfologi, struktur sarang dan karakteristik molekuler pada lebah tanpa sengat di wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Ia mengoleksi spesimen lebah dari lima wilayah di Sulawesi Selatan dan dua wilayah di Sulawesi Barat.
“Metode identifikasi yang dilakukan menggunakan analisis morfologi dan morfometrik. Hasilnya, terdapat lima jenis lebah tanpa sengat yang dapat dipisahkan secara morfologi, tetapi analisis morfometriknya tidak bisa dipisahkan,” pungkasnya. (MW/Rz)