PKSPL IPB University Jalin Kerjasama dengan PT. AMNT Kembangkan Wisata Bahari berbasis Ekosistem di Kawasan Konservasi Gili Balu

PKSPL IPB University Jalin Kerjasama dengan PT. AMNT Kembangkan Wisata Bahari berbasis Ekosistem di Kawasan Konservasi Gili Balu

PKSPL IPB University Jalin Kerjasama dengan PT. AMNT Kembangkan Wisata Bahari berbasis Ekosistem di Kawasan Konservasi Gili Balu
Berita

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University melakukan kajian terpadu dalam menyusun rencana implementasi pengelolaan kawasan konservasi Taman Wisata Perairan Gili Balu di Kabupaten Sumbawa Barat, 27/8-1/9. Kajian ini bekerja sama dengan dukungan PT. AMMAN Mineral Nusa Tenggara (PT. AMNT).

Kajian dilakukan di wilayah perairan maupun daratan/pesisir Desa Poto Tano dan wilayah sekitarnya yang terdampak oleh aktivitas di kawasan konservasi Gili Balu. Gili Balu merupakan gugusan pulau yang terdiri dari delapan pulau kecil (Kenawa, Kalong, Ular, Mandiki, Kambing/Batu, Belang, Paserang/Pasaran, dan Nyamuk/Namo. Dari kedelapan pulau tersebut, Pulau Kenawa telah menjadi atraksi utama dalam usaha wisata di Gili Balu.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 74 Tahun 2021, kawasan perairan Gili Balu ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi dengan tipe Taman Wisata Perairan seluas 5.845,67 hektar. Sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab perusahaan, PT. AMNT melakukan kesepahaman bersama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat cq. Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengelola kawasan konservasi Taman Perairan Gili Balu melalui Perjanjian Kemitraan Nomor 274 Tahun 2022 untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan.

Untuk memastikan ketercapaian target kemitraan, PT. AMNT bekerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University untuk menyusun rencana implementasi dan penyusunan data dasar potensi perairan serta peluang tata kelola kawasan secara terintegrasi. Kajian awal dilakukan PKSPL IPB University pada bulan Maret 2023 untuk mengidentifikasi masalah dan peluang yang ada di kawasan serta menyusun konsep pengembangan dan pengelolaan kawasan.

“Konsep yang akan diterapkan di Kawasan Gili Balu ini dinamakan Pengembangan Ekowisata Bahari berbasis Konservasi Ekosistem di Gili Balu,” kata Prof Yonvitner, Kepala PKSPL IPB University.

Ia menerangkan, hasil kajian dan konsep ini kemudian ditindaklanjuti dengan Kajian Lapang pada Agustus 2023. Kajian lapang ini bertujuan mengidentifikasi keseluruhan potensi sumber daya perairan eksisting, serta isu-isu lain terkait dengan tata laksana pengelolaan, ancaman dan tekanan yang ada di sekitar kawasan, serta potensi integrasi antara peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelibatan masyarakat secara hakiki dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan.

Prof Yonvitner menerangkan, program pengembangan dirancang secara terpadu antara rehabilitasi ekosistem, perbaikan kondisi ekosistem dan pengembangan ekonomi dengan pemberdayaan masyarakat yang terarah kepada pencapaian indikator tujuan pembangunan berkelanjutan. Kelompok masyarakat yang terlibat aktif adalah Pokdarwis, Pokwasmas, Kelompok Nelayan, Poklahsar serta pemerintah Desa Poto Tano yang lokasinya menjadi gerbang kawasan Gili Balu.

“Kawasan Konservasi Gili Balu terletak di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Posisinya sejalur dengan lalu lintas wisata dari Bali, Lombok, Sumbawa, dan Labuan Bajo, sehingga membuatnya strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu lokasi wisata, khususnya wisata bahari,” kata Prof Yonvitner.

Ia menerangkan, Selama ini potensi sumber daya yang sudah terkelola di perairan ini adalah perikanan tangkap, perikanan budidaya rumput laut, serta wisata bahari. Perikanan tangkap yang dominan dari perairan Gili Balu adalah gurita, kakap putih, serta ikan karang. Sayangnya, dalam waktu belakangan, ancaman destructive fishing dengan kompresor, potasium sianida dan bom sempat marak. Penetapan kawasan konservasi dinilai mampu menekan ancaman tersebut meskipun tidak seratus persen hilang. Maka pengelolaan efektif dan pengawasan masih menjadi agenda penting yang dapat dilakukan dalam kerangka kolaborasi berbasiskan masyarakat lokal.

Prof Yonvitner menerangkan, pada kajian lapang bulan Agustus 2023, PKSPL IPB University melakukan pemetaan dan profiling kondisi ekosistem yang meliputi mangrove, lamun, terumbu karang, dan ikan. PKSPL IPB University juga mengumpulkan data dari stakeholders terkait, melakukan analisis atraksi wisata, menyusun seascape and landscape plan, menyusun desain tata kelola, menganalisis potensi usaha perikanan, merancang desain digital marketing dan menyusun rencana implementasi program.

“Diharapkan nantinya rencana implementasi ini dapat mewujudkan target pengelolaan kawasan konservasi yang efektif dan menyeimbangkan antara kepentingan ekosistem, sosial maupun ekonomi,” kata Prof Yonvitner. (yop/nad/ra)