Dr Sofyan Sjaf: Fema IPB University Harus Menjadi Fakultas yang Unggul, Inovatif dan Resilien

Dr Sofyan Sjaf: Fema IPB University Harus Menjadi Fakultas yang Unggul, Inovatif dan Resilien

Dr Sofyan Sjaf: Fema IPB University Harus Menjadi Fakultas yang Unggul, Inovatif dan Resilien
Berita

Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University melaksanakan Sidang Terbuka Senat Fema dengan tema Sharing Idea Pengembangan Keilmuan. Kegiatan yang bertempat di Auditorium GMSK, Kampus IPB Dramaga ini merupakan salah satu rangkaian Dies Natalis ke-18 Fema IPB University.

Acara dihadiri oleh dekan, wakil dekan, ketua senat dan jajaran, para ketua departemen, dosen dan tenaga kependidikan Fema. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Senat Fema, Prof Hardinsyah, dilanjutkan dengan pemaparan rencana strategis Fema 2023-2028 oleh Dekan Fema, Dr Sofyan Sjaf.

“Ke depan, Fema IPB University harus menjadi fakultas yang unggul, inovatif dan resilien dalam pendidikan dan riset ekologi manusia. Fema IPB University juga harus berdedikasi dalam pengabdian pada masyarakat melalui kolaborasi multipihak untuk meningkatkan kualitas pembangunan berkelanjutan,” papar Dr Sofyan.

Kegiatan utama pada acara ini adalah pemaparan materi oleh tiga pembicara, yaitu Prof Budi Setiawan, Prof Rimbawan dan Dr Dwi Hastuti dengan moderator Prof Lala M Kolopaking.

Dalam kesempatan itu, Prof Budi Setiawan memaparkan peluang dan tantangan pengembangan produk pangan baru untuk intervensi gizi. Menurutnya, “Intervensi gizi berbasis pangan dapat dilakukan dengan pengembangan produk pangan baru sesuai dengan kebutuhan gizi kelompok sasaran, berbahan dasar pangan lokal Indonesia yang potensial.”

Selanjutnya pendekatan interaksi zat gizi mikro dan makro untuk mengatasi masalah gizi disajikan oleh Prof Rimbawan. Materi ini membahas permasalahan gizi di Indonesia, memahami integrasi metabolisme dan interaksi zat gizi serta rekomendasi kebijakan gizi.

Sementara, Dr Dwi Hastuti mengurai upaya pembentukan kualitas anak secara holistik. Ia menegaskan bahwa pengasuhan anak harus bersifat holistik dengan cara berorientasi pada kecerdasan, emosi dan pembentukan karakter.

“Dengan pendekatan itu, akan dapat menghasilkan sifat anak yang tangguh, resiliensi dan berkarakter mulia. Sifat tersebut merupakan kunci keberhasilan kualitas suatu individu di masa yang akan datang,” tukas Dr Dwi Hastuti.

Selain itu, diskusi seputar bagaimana menghadapi lansia yang merasakan kesendirian di usia tua, stunting dan cara pengasuhan anak pada era serba internet saat ini mengemuka menanggapi paparan para pemateri. Adanya sharing idea pengembangan keilmuan ini diharapkan dapat menambah ilmu dan bermanfaat untuk masyarakat. (*/Rz)