Dr Eva Anggraeni: Konsep Agromaritim 4.0 IPB University Jawab Diskonektivitas Pembangunan dan Mewujudkan Ekonomi Biru
Direktur Konektivitas Global IPB University, Dr Eva Anggraeni mengatakan konsep agromaritim 4.0 yang dikembangkan IPB University dapat menjadi kunci untuk mengakselerasi penerapan ekonomi biru di Indonesia. Konsep ini diciptakan atas urgensi yang meningkat dari waktu ke waktu terkait peran maritim dan laut dalam ekonomi serta menjawab tantangan ekonomi biru sebagai ekonomi masa depan.
Konsep agromaritim 4.0, menurutnya juga dapat meminimalkan gap dan menjawab diskonektivitas antara pembangunan di daratan dan perairan melalui riset dan inovasi berdasarkan kompleksitas kelautan. Upaya tersebut didukung dengan kolaborasi tanpa sekat wilayah dan sektor pada skala yang belum tercapai sebelumnya.
“Poin yang perlu dicermati dalam mewujudkan ekonomi biru adalah perlu memahami dan mengelola dengan baik kompleksitas kelautan. Mulai dari perikanan, kesehatan perairan hingga kompleksitas kelembagaan itu dapat disambungkan satu sama lain, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang benar-benar dapat diterapkan,” ujarnya dalam Seminar ‘Penguatan Tata Kelola Kelautan Berkelanjutan dan Berkeadilan dalam Rencana Pembangunan Nasional’ bersama Bappenas RI, Kementerian Koordinasi Kemaritiman dan Investasi dan Indonesia Ocean Justice Initiative, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, bahwa pendekatan ekonomi biru juga dilakukan secara sistematis dan terintegrasi berdasarkan pemahaman atas prioritas-prioritas bangsa, konteks sosial dan sumber daya alam.
Agromaritim 4.0 menggabungkan urgensi transformasi digital di bidang perikanan dan pengembangan sosial-ekonomi. Konsep ekonomi biru pascapandemi COVID-19, ia melanjutkan, membutuhkan transformasi digital pada tingkat operasional, tidak hanya pada tingkat atas. Ekonomi moral sebagai pondasi ketangguhan sosial ekonomi juga perlu didorong.
“Inovasi menjadi penggerak techno sociopreneurship dalam konsep agromaritim 4.0 yang berorientasi pada pengembangan dampak sosial. Dalam mewujudkan ekonomi biru, selain mewujudkan konsep, IPB University mengembangkan inovasi pengelolaan pesisir dan perikanan cerdas yang terus dikonsolidasikan secara internal dan berkolaborasi dengan mitra,” urai dia.
Menurutnya, inovasi berbasis techno sociopreneur menjadi motor untuk menyelaraskan mindset regeneratif dan ekonomi biru. Transformasi ekonomi bukan lagi berbasis eksploitasi, tetapi tumbuh dari pelestarian dan pemulihan aset-aset lingkungan.
“Dari sisi perguruan tinggi, peran ilmu lintas disiplin menjadi kunci untuk mendorong pengembangan ekonomi biru. Ilmu-ilmu yang terus berkembang ini harus terus diintegrasikan satu sama lain agar mampu menghasilkan riset-riset berkualitas untuk mewujudkan ekonomi biru,” tambahnya.
Dr Eva juga menyatakan bahwa konsep ekonomi biru dari kacamata agromaritim 4.0 juga menjadi awal transformasi paradigma yang menempatkan pulau-pulau kecil sebagai pusat pertumbuhan ekonomi biru di Indonesia. Sektor-sektor yang sudah berkembang di pulau-pulau kecil seperti perikanan tangkap, perikanan budi daya dan pariwisata laut perlu didukung oleh sektor lainnya dalam bidang kelautan. (MW/Rz)