PPK Ormawa BEM Fateta IPB University Kenalkan Pertanian Metode SRI, Budi Daya Padi Hemat Air dan Rendah Emisi
Saat ini, salah satu kontributor terhadap emisi gas rumah kaca berasal dari sektor pertanian. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebih turut menjadi salah satu faktor penyebab penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, sektor pertanian diharuskan melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi terhadap kondisi krisis iklim dalam mempertahankan produktivitas pertanian.
Menghadapi tantangan tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM Fateta) IPB University belum lama ini mengadakan penyuluhan program pertanian organik melalui penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI). Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Bogor, Jawa Barat.
Wahab Chayyi selaku ketua tim menjelaskan bahwa program ini dinamakan GENTARI (Gerakan Menuju Pertanian SRI) dengan menggaet Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Cibitung Tengah sebagai sasaran. Dengan terlaksananya program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian desa tanpa menurunkan kualitas iklim.
Kegiatan menghadirkan Dr Chusnul Arif selaku dosen IPB University sekaligus ahli metode SRI. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan penanaman padi secara konvensional menghasilkan emisi yang cukup tinggi yang ditandai dengan meningkatnya suhu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi tanpa mengurangi produktivitas padi yaitu dengan menggunakan metode SRI.
“Kelebihan dari metode ini adalah penggunaan benih lebih sedikit dan dapat meningkatkan jumlah produksi sebesar 78 persen. Penghematan air juga bisa sampai 40 persen dan karena kondisinya lebih kering, sehingga gas metan atau emisinya dapat dikurangi,” ujarnya.
Dr Chusnul menyebut ada enam prinsip dalam penerapan metode SRI. Pertama, benihnya muda sehingga hanya membutuhkan 7-14 hari dan dapat memotong waktu semai. Kedua, padi ditanam dengan jarak agak lebar untuk memberi ruang tanaman dan anakan untuk tumbuh. Ketiga, satu lubang ditanami satu tanaman.
Keempat, sistem irigasi lebih efektif dengan metode intermiten atau berselang. Kelima, penyiangan intensif untuk mengurangi gulma sekaligus meningkatkan aerasi tanaman. Keenam, menggunakan pupuk organik dan mikroorganisme lokal (MOL) untuk menghasilkan produk lebih sehat.
“Dalam penerapan metode SRI ini butuh tenaga kerja yang lebih banyak karena harus sering melakukan penyiangan,” ujarnya. Selain itu, dalam sesi diskusi Dr Chusnul menjelaskan harga pupuk yang mahal dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah untuk dijadikan kompos.
Kegiatan penyuluhan ini dihadiri oleh Hadiwijaya selaku Kepala Dusun 1 Desa Cibitung Tengah, pengurus RT/RW, gapoktan, pengurus Kampung Ramah Lingkungan (KRL) serta perwakilan masyarakat setempat.
“Saya mengucapkan terima kasih atas dipilihnya desa kami sebagai tempat terlaksananya kegiatan GENTARI. Kami sangat mengharapkan kedatangan mahasiswa-mahasiswi dari IPB University, karena ini berkaitan dengan pertanian. Desa Cibitung Tengah masih kurang petani, padahal beras merupakan makanan pokok. Adanya program ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai cara bertanam padi yang benar. Pertanian itu penting dan mudah-mudahan pertanian di Indonesia selalu subur,” ujar Hadiwijaya dalam sambutannya.
Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan penyerahan pupuk organik dan buku panduan metode SRI secara simbolik kepada Ketua Gapoktan Desa Cibitung Tengah. (*/Rz)