Mahasiswa IPB University, Manfaatkan Bakteri Hemolitik untuk Ukur Hemoglobin Darah

Mahasiswa IPB University, Manfaatkan Bakteri Hemolitik untuk Ukur Hemoglobin Darah

mahasiswa-ipb-university-manfaatkan-bakteri-hemolitik-untuk-ukur-hemoglobin-darah-news
Riset

Pengukuran kadar hemoglobin darah selama ini dilakukan dengan uji laboratorium dan dengan alat ukur praktis. Namun harganya terbilang mahal dan harus diimpor. Salah satu gangguan medis  darah manusia khususnya kadar eritrosit adalah hematuria. Yaitu munculnya darah dalam urin yang disebabkan gangguan pada ginjal atau saluran kemih.

Gangguan kesehatan lainnya adalah anemia atau menurunnya kadar hemoglobin darah.

Hal tersebut apabila dibiarkan pada usia anak-anak dan remaja akan mengakibatkan penurunan daya pikir, konsentrasi, penurunan prestasi, kecerdasan intelektual, dan kebugaran. Pembuatan biosensor sebagai alat ukur kadar hemoglobin darah yang memiliki sensitivitas tinggi dapat menjadi salah satu alternatif penanggulangan  masalah tersebut. Penggunaan bakteri isolat lokal (indigenous) sebagai sumber enzim heme oksigenase untuk pembuatan biosensor perlu dikembangkan. Ini mengingat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berlimpah dan enzim tersebut mudah didapatkan dari sumber-sumber lokal di Indonesia.

Kondisi tersebut menginisiasi Ahmad Irvan Pratama, Aisyah Sahara, Sintia Intan Agsari di bawah bimbingan Dr. Suryani,  dosen Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) untuk melakukan penelitian dalam Program Kreativitas Mahasiswa Tahun 2019 dengan judul “BEMO: Biosensor Heme Oksigenase dari Bakteri Hemolitik sebagai Pengukur Kadar Hemoglobin Darah.”

Penelitian ini berlangsung melalui beberapa tahapan yaitu produksi kultur, isolasi enzim, pembuatan biosensor, dan uji kinetika biosensor.

Ahmad Irvan Pratama mengangkat penelitian ini dengan tujuan untuk menghasilkan produk berupa alat ukur kadar hemoglobin darah berbasis enzim heme oksigenase. “Selain itu diharapkan pula dapat diterbitkannya publikasi artikel ilmiah yang memuat informasi tentang metode pengukuran hemoglobin darah menggunakan biosensor heme oksigenase yang terindeks secara nasional,” jelasnya.

Sintia Intan Agsar salah satu anggota tim menambahkan bahwa hasil dari penelitian ini belum dapat menghasilkan alat ukur praktis karena kendala kebutuhan alat pelengkap yang belum tersedia. Namun dari hasil penelitian terlihat jelas bahwa isolasi serratia menghasilkan enzim heme oksigenase. “Belum ada penemuan tentang hal ini sebelumnya, yang ada hanya jurnal-jurnal penelitian yang menyebutkan bahwa enzim heme oksigenase didapatkan dari E. coli saja. Penemuan ini memiliki kemampuan menguraikan heme dalam hemoglobin menjadi Fe2+, CO2, dan elektron bebas. Dan Alhamdulillah dari bakteri isolat lokal kami, Serratia marcescensbisa menghasilkan enzim heme oksigenase yang ditandai adanya zona bening disekitar kultur,” kata  Sintia. (YDI/ris)