Mahasiswa IPB University Ciptakan Sunblock dari Biji Nangka dan Minyak Kelapa
Perlindungan terhadap radiasi sinar ultraviolet sangat diperlukan bagi manusia seiring dengan menipisnya lapisan ozon. Radiasi ultraviolet sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada sel makhluk hidup hingga menyebabkan kanker.
Pengunaan tabir surya (sunblock) berbahan kimia sintetik masih kurang disukai karena alasan keamanan dan harga yang relatif mahal. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai bahan baku pembuatan tabir surya. Tidak hanya lebih aman namun harganya juga lebih terjangkau.
Pati merupakan salah satu jenis polisakarida yang digunakan sebagai pembuatan krim tabir surya. Kandungan pati pada biji nangka belum termanfaatkan dengan optimal, sehingga perlu upaya untuk mengolah biji buah nangka menjadi inovasi yang berguna bagi kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Mahasiswa IPB University Program Studi Biokimia yang diketuai oleh Lidia Amelia dan didampingi oleh Sarah Nur Asriani dan Achmad Rendi Titaley membuat sunblock dari pati biji nangka. Karya ini mereka ikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2019 dengan judul “Sunbikala: Sunblock dari Emulsi O/W Biji Nangka dan Minyak Kelapa sebagai Inovasi Berbasis Sumberdaya Lokal. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Dimas Andrianto dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), IPB University.
“Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sediaan krim dari pati biji nangka dan minyak kelapa sebagai produk tabir surya alami. Kami juga menguji efektivitasnya sebagai perlindungan sel dari radiasi sinar ultra violet. Selain biji nangka, minyak kelapa digunakam sebagai bahan pengemulsi untuk pembuatan krim tabir surya. Kandungan asam laurat dan tokoferol pada minyak kelapa dapat berperan sebagai antioksidan dan mengurangi tekanan oksidatif yang diakibatkan oleh paparan sinar ultraviolet. Selain itu, minyak kelapa murni juga dapat dijadikan sebagai pelembab yang cocok untuk diaplikasikan pada kulit orang Asia, khususnya kulit orang Indonesia,” ujar Lidia, Ketua Tim.
Menurut Lidia orang-orang yang beraktivitas di luar ruangan dan terkena paparan sinar
UV akan terlindungi dengan penggunaan krim tabir surya ini. Selain itu, di industri kecantikan, krim ini dapat dijadikan sebagai inovasi produk tabir surya yang memanfaatkan sumber daya lokal.
“Dan bagi petani kelapa, hasil panen kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan krim tabir surya,” jelasnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa biji nangka memiliki aktivitas sebagai antiradiasi sinar ultraviolet. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai Sun Protector Factor (SPF) krim tabir surya Sunbikala dengan meningkatkan konsentrasi biji nangka. Krim dengan kandungan biji nangka 25 persen memiliki nilai SPF tertinggi yaitu 9,34. Sedangkan krim tanpa kandungan biji nangka memiliki nilai SPF 0.09.
“Sementara itu, krim dengan kandungan titanium dioksida sebanyak 15 persen sebagai kontrol positif hanya memiliki nilai SPF 5,02. Krim tabir surya Sunbikala juga memiliki kelebihan sebagai aktivitas antioksidan,” ujarnya. (YDI/Zul)