Pocarina, Cinderamata Edukasi Cinta Pertanian Ala Mahasiswa IPB University

Pocarina, Cinderamata Edukasi Cinta Pertanian Ala Mahasiswa IPB University

pocarina-cinderamata-edukasi-cinta-pertanian-ala-mahasiswa-ipb-university-news
Riset

Mahasiswa IPB University membuat satu terobosan cinderamata menawarkan tanaman herbal dalam pot Pocarina (Pot Care in Action). Pocarina ini memiliki ciri yang khas dari pot lainnya, yaitu pot bergambar dalam berbagai bentuk maupun tulisan motivasi sebagai nilai untuk menumbuhkan semangat dan kesadaran akan pentingnya pertanian mengingat zaman sekarang masyarakat sudah mulai meninggalkan kegiatan menanam karena dianggap membosankan dan lebih memilih memainkan handphone masing-masing. Uniknya lagi pot yang digunakan terbuat dari bahan-bahan bekas maupun organik yang dapat dikreasikan sendiri sehingga dapat meningkatkan nilai estetika. Green souvenir juga salah satu produk unggulan karena terbuat dari bahan bekas maupun bahan baru yang berbasis ramah lingkungan sehingga meningkatkan nilai edukasi dan pengetahuan masyarakat.

“Pocarina” karya inovasi dari Mahasiswa IPB University ini merupakan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang terdiri dari: Wahyu Amanda Siregar, Jurnila Sari Tanjung, Ilham Saputra, Adi Bagus Siswoyo dan Rifan Taqwa Fianas.“Pocarina” dapat memberikan efek positif yang besar terhadap lingkungan, petani, dan masyarakat, seingga dapat memajukan pertanian serta mensejahterakan petaninya.

Ketua PKM-K, Wahyu Amanda Siregar menyampaikan, penggunaan tanaman obat-obatan/herbal dalam Pocarina bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara tanaman herbal mengingat tanaman herbal merupakan tanaman dari alam yang mempunyai kegunaan sebagai obat alami dan banyak digunakan di Indonesia karena harganya murah, mudah didapatkan, serta khasiatnya tidak diragukan lagi. 

Wahyu menambahkan, konsep usaha ini adalah benefit, profit, recycle, dan education (bifit reduction). Dimana Konsep pertama adalah benefit, konsep ini memperhatikan manfaat dari berbagai macam tanaman obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan serta berperan dalam pemberdayaan petani dan tentunya juga ramah lingkungan.

Konsep kedua adalah konsep profit. Seperti hakikat bisnis pada umumnya, usaha ini bertujuan untuk mendapatkan profit sehingga dapat menjadi bisnis yang berkelanjutan. Lebih dalam lagi profit bisnis yang dimaksud di sini adalah keuntungan dalam bentuk kepuasan batin dari konsumen dan dapat bernilai berupa uang.

Konsep ketiga adalah konsep recycle. Konsep recycle ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan dengan menggunakan barang-barang bekas yang tidak dimanfaatkan lagi sebagai media pembuatan produk baik berupa bahan organik maupun anorganik.

Konsep keempat adalah education. Melalui Pocarina diharapkan memberikan edukasi dan pemahaman yang lebih dalam bagi masyarakat tentang pertanian khususnya tanaman obat-obatan  mengingat Pocarina tidak hanya ditujukan untuk bisnis semata tetapi juga sebagai alat untuk menunjukkan arti penting pertanian serta menumbuhkan rasa cinta terhadap pertanian.

Wahyu menegaskan, produk “Pocarina” ini selain sebagai souvenir berbasis pertanian, juga memiliki estetika unik tersendiri. Dimana souvenir ini memiliki pot yang unik sesuai keinginan konsumen, juga sebagai media edukasi untuk menyadarkan kita agar lebih cinta budaya pertanian. “Jadi, Pocarina adalah produk inovatif yang sangat membantu mengedukasi anak-anak bahkan semua kalangan agar cinta pertanian. Harapannya kegiatan wirausaha ini dapat menghasilkan keuntungan dan sistem usaha yang terus berlanjut, menciptakan lapangan pekerjaan berbasis pertanian dan produk inovatif yang mengedukasi semua kalangan akan kecintaan terhadap pertanian dan lingkungan,” kata Wahyu.

Produk Pocarina dijual dengan harga yang sesuai dengan biaya produksinya. Harga tanaman herbal maupun jenis dan bahan dalam pembuatan pot menjadi acuan pemilik dalam menentukan harga pasar yang berkisar Rp. 10 ribu – Rp. 150 ribu. Harga produk yang dijual juga disesuaikan dengan tingkat kesulitan produk yang dibuat. Semakin tinggi tingkat kesulitan pembuatan produk maka harga produk juga akan semakin mahal. (Awl/ris)