Mahasiswa IPB Olah Sampah Jadi Minyak

Mahasiswa IPB University menggalakkan program Sampah Berdaya (Samber). Inovasi ini dilahirkan dalam rangka mengolah sampah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui pemberdayaan masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Samber merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian pada Masyarakat (PKM-M) mahasiswa IPB University yang beranggotakan Mulyati Kholida, Lazuardi Bahrul Hidayat, Irma Syofyanti, Maesaroh dan Rabbani Elha Ahmad. Kegiatan ini di bawah dosen pembimbing Lukmanul Hakim Zaini, S.Hut, M.Sc yang merupakan dosen Fakultas Kehutanan, IPB University.
IPB University terus mendorong mahasiswa untuk berinovasi dan berperan serta dalam membantu masyarakat. “Kami terus mengupayakan agar mahasiswa bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat, melihat permasalahan-permasalahan di lapangan dan menggunakan kreativitasnya untuk menawarkan solusi,” ujar Lukman.
Lukman juga menegaskan bahwa inovasi yang ditawarkan tidak harus sesuatu yang baru namun yang paling penting adalah memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat, baik itu secara ekonomi, budaya, lingkungan maupun kualitas hidup. “Program Sampah Berdaya ini adalah bukti bahwa mahasiswa hadir untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan yang tepenting adalah efek domino dari program ini mudah-mudahan dapat tersebar ke daerah-daerah lain di Indonesia,” terang mantan Ketua Persatuan Pelajar Indonesia University Putra Malaysia (UPM) tersebut.
Ketua PKM-M Samber, Mulyati Kholida menyampaikan, Desa Galuga merupakan salah satu desa yang menjadi tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Tercatat tempat pembuangan akhir sampah memiliki luas sekitar 20 hektar.
“Masyarakat Kampung Baru yang berjarak tak jauh dari TPA Galuga banyak yang berprofesi menjadi pemulung. “Namun sayangnya, sampah yang dikumpulkan hanya dijual secara langsung. Sejauh ini pengolahan sampah hanya dalam skala mikro, belum ada pengolahan sampah yang dapat meningkatkan nilai tambah dari sampah tersebut. Sampah plastik apabila diolah secara baik dan benar dapat menjadi produk bernilai jual tinggi. Salah satu pengolahan sampah yang dikembangkan adalah mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar,” ungkap Mulyati.
“Sampah yang terdapat di TPA Galuga sebenarnya bisa diolah menjadi BBM dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga desa. Sampah plastik yang dikonversi menjadi bahan bakar termasuk daur ulang tersier. Salah satu caranya dengan proses cracking (perekahan) yaitu dengan memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses ini dapat digunakan sebagai bahan kimia dan bahan bakar. “Tempat pembuangan akhir ini berpotensi untuk menjadi ladang ekonomi, masyarakat mengumpulkan dan menjual sampah secara langsung kepada pengepul. Melihat peluang ini, kami berinisiatif membuat sebuah Organisasi Kerja “SamBer (Sampah Berdaya)” yang bekerja dalam bidang pengolahan sampah menjadi BBM (Bahan Bakar Minyak) sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar TPA sampah Galuga. Bahan bakar minyak yang dimaksud adalah 60 persen solar, 25 persen bensin dan 15 persen minyak tanah dengan struktur kepengurusan berasal dari masyarakat.
Pengurus-pengurus bertindak sebagai penggerak dan masyarakat sekitar yang tertarik bergabung dengan organisasi kerja “SamBer” bertindak sebagai pekerja. Organisasi Kerja dijalankan dengan menggunakan program B3 yaitu, Berwawasan, Bergerak, dan Berdampak. Dengan terbentuknya organisasi kerja “SamBer”, diharapkan masyarakat berkeinginan untuk menggali potensi yang bisa diperoleh dari mengolah sampah (Berwawasan), bersemangat untuk mengolah sampah menjadi produk yang bernilai jual tinggi (Bergerak), serta menambah penghasilan masyarakat sekitar TPA Galuga sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka (Berdampak).
Mulyati menegaskan, tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan masyarakat ini adalah mengurangi dan mengatasi masalah sampah plastik serta meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah sampah plastik menjadi BBM yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan keterampilan dilakukan dengan cara mengolah sampah, terutama sampah plastik jenis thermoplastic menjadi BBM.
“Jika program ini berjalan sempurna, harapannya dapat membantu menambah penghasilan masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung dan tersusunnya buku panduan yang akan dikemas menjadi satu kesatuan media edukasi yang berpeluang mendapatkan paten ISBN (International Standart Book Number), serta media edukasi akan direkomendasikan untuk daerah sekitar tempat pembuangan akhir lainnya,” kata Mulyati. (Awl/ris)