Mahasiswa IPB Ciptakan Alat Pendeteksi Asam Urat Lewat Urin

Mahasiswa IPB Ciptakan Alat Pendeteksi Asam Urat Lewat Urin

mahasiswa-ipb-ciptakan-alat-pendeteksi-asam-urat-lewat-urin-news
Riset

Di Indonesia, sudah jadi rahasia umum bahwa kebanyakan masyarakat kita tidak melakukan cek kesehatan sebelum benar-benar sakit. Terutama untuk penyakit asam urat, diabetes, dan penyakit ginjal, sehingga banyak orang baru sadar setelah penyakitnya parah.

Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) merancang sebuah alat untuk mendeteksi kadar asam urat melalui urin yang dinamakan "Uridect". Mereka adalah Anisah Rahajeng Kartika Sari, Murtezha Hadijaya El Hasyibi, dan Syahrul. Di bawah bimbingan Dr. Akhiruddin Maddu, tiga mahasiswa Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini yakin inovasinya akan memberi manfaat bagi masyarakat.

Inovasi yang berhasil masuk dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2018 ini terinspirasi oleh keluarga Anisah yang menderita asam urat namun phobia dengan jarum suntik. Berdasarkan fakta, 3 – 4% orang di dunia mengindap hemophobia (takut akan darah), yang biasanya juga mengidap trypanophobia (takut pada jarum suntik). Hal ini membuat pasien yang mengidap phobia tersebut tidak berani diambil sampel darahnya menggunakan jarum suntik. 

"Ide ini berawal dari salah satu keluarga saya yang terkena penyakit asam urat namun phobia sama jarum suntik. Kemudian, setelah itu tim kami mencari-cari alat untuk uric acid non invasive. Waktu itu, kami melihat yang dijual di pasaran ada yang namanya dipstick tapi belum spesifik untuk melihat asam urat secara kuantitatif. Dari situ kami mencari-cari, kira-kira metode apa yang dapat digunakan untuk mendeteksi asam urat tanpa perlu menyakiti tubuh," terang Anisah.

Mereka pun menciptakan alat pendeteksi asam urat melalui urin bernama Uridect. Alat yang dibuat oleh Anisah dan kedua rekannya ini memiliki berbagai keunggulan yaitu tanpa menggunakan enzim, sehingga dapat digunakan berkali-kali dan output dari alat ini dapat melihat kadar asam urat secara kuantatif. Selain itu, Uridect tidak membutuhkan darah dalam mendeteksi tingkat asam urat.

"Jadi, dengan alat Uridect yang kami buat, pasien hanya perlu menaruh urin ke dalam Uridect. Kemudian, sensor yang terdapat pada alat akan mendeteksi dini apakah pengguna memiliki penyakit asam urat, diabetes, atau penyakit ginjal. Ketiga penyakit tersebut saling berkaitan dikarenakan sama-sama memiliki gangguan pada enzim untuk metabolisme purin, sehingga meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh," tambahnya. 

Pada Uridect ini, material yang dipakai untuk mendeteksi asam urat adalah Ag-Graphene Oxide dimana prinsip kerjanya dengan memanfaatkan cahaya evanescence pada fiber optik. Ketika material sensornya terkena asam urat, sifat material berupa index bias dari materialnya berubah. Bidang keilmuan Anisah bersama rekan-rekannya yang berada di bidang khusus yaitu fisika, menjadi modal dasar bagi sistem kerja untuk alat Uridect.

Melalui inovasi Uridect, Anisah dan rekan-rekannya mendapatkan pendanaan oleh Kemenristekdikti untuk dapat merealisasikan inovasi yang telah mereka rancang.

Anisah dan rekan-rekannya berharap agar Uridect ini dapat berguna bagi masyarakat umum. Khususnya bagi yang phobia ketika melihat darah ataupun yang takut untuk disuntik.

"Tentu kami akan senang sekali jika alat ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Apalagi jika ilmu pengetahuan ini dapat dikembangkan untuk dunia kesehatan di masa yang akan datang," tutupnya. (**/Zul)