Mahasiswa Doktor IPB Temukan Propolis Lebah Tanpa Sengat sebagai Pelengkap Obat Anti Tuberkulosis

Mahasiswa Doktor IPB Temukan Propolis Lebah Tanpa Sengat sebagai Pelengkap Obat Anti Tuberkulosis

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Riset

Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap penyakit tuberkulosis.  Indonesia adalah negara yang ada di posisi ke-2 dari 30 negara dalam hal jumlah penderita TBC. Untuk itu, Mahani,  mahasiswa IPB Program Doktoral melakukan penelitian tentang potensi  Propolis Lebah Tanpa Sengat yang dapat menjadi pelengkap Obat Anti Tuberkulosis untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi. Hal tersebut tertuang dalam Disertasi  mahasiswa dari Program Studi Ilmu Gizi Manusia (GMA) IPB yang diujikan pada sidang promosi Doktor dengan Ketua Komisi Pembimbing Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS, dan anggota komisi promosi yaitu Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS, Prof drh M Rizal M Damanik, MReppSc PhD, Prof Dr Angelika Ploeger, Prof Dr Ir Hardinsyah, MS yang digelar di Kampus IPB Darmaga, 11/5.

Mahani menyampaikan, salah satu masalah serius dalam penanganan penyakit TBC adalah dalam penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang hingga saat ini OAT bersifat hepatotoksik. Efek  hepatotoksik OAT dapat menurunkan nafsu makan, rasa mual, pusing, insomnia, demam dan penurunan berat badan   sehingga   menyebabkan penurunan status gizi pasien. Padahal status gizi yang baik sangat mendukung proses penyembuhan suatu penyakit.

Propolis memiliki sejumlah kelebihan dibanding obat TBC yang telah eksis, yaitu potensi resistensinya sangat rendah, lebih harmonis dengan sistem tubuh pasien dan tidak menimbulkan efek samping lainnya, bersifat imunomodulator dan bersifat hepatoprotektif.

Namun efektivitasnya dalam mematikan Mycobacterium tubercluosis (M.tbc) masih lebih rendah dibanding OAT. Indonesia memiliki potensi produksi propolis yang besar serta keragaman propolis antar provinsi dipengaruhi oleh perbedaan spesies lebah dan vegetasi sumber resin. 

Hasil pemeriksaan senyawa aktif propolis lebah tanpa sengat dari sepuluh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa komposisi senyawa aktif setiap sampel propolis berbeda satu sama lainya. Perbedaan komposisi senyawa aktif disebabkan karena perbedaan spesies lebah dan tanaman asal resin. Hasil pemeriksaan senyawa aktif propolis mengkonfirmasi pendapat Bankova bahwa perbedaan komposisi senyawa aktif dipengaruhi oleh perbedaan letak geografis dan tanaman asal resin.

Senyawa antimikobakteri propolis lebah tanpa sengat tersebar di 8 provinsi, antibiotik tersebar di semua provinsi, hepatoprotektor tersebar di 5 provinsi dan antioksidan tersebar di 7 provinsi. Hasil pemetaan senyawa aktif beserta aktivitas biologisnya menunjukkan 3 provinsi di Indonesia (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan) memiliki propolis yang berpotensi besar untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita TBC paru.           

Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, selaku ketua Komisi Pembimbing sekaligus salah satu penguji menyampaikan dengan propolis diharapkan dapat memulihkan nafsu  makan, berkurangnya diare, mual dan muntah, demam, pusing dan sakit kepala, serta peningkatan berat badan pasien, sehingga dampaknya adalah peningkatan status gizi mereka. Peningkatan status gizi dapat mempercepat proses penyembuhan, dan harapannya, propolis dapat mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita TBC paru, selain itu seplementasi propolis pada OAT pada pasien TBC paru efektif melawan M.tbc. sekaligus dapat mengimbangi efek toksiknya.

Propolis sebagai pelengkap OAT efektif mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita TBC Paru. Terdapat senyawa aktif yang berperan mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita TBC paru. Senyawa aktif yang bersifat antimikobakteri, antibiotik, hepatoprotektor dan antioksidan menyebar cukup luas.  Tiga provinsi di Indonesia yang memiliki potensi propolis yang besar untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita TBC paru adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.      

Sebanyak 50 penderita TBC dilibatkan pada penelitian controlled clinical trial. Penelitian ini telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia nomor: 1036/UN2.F1/ETIK/2015. Subjek direkrut dari seluruh Puskesmas di Kota Bogor.

Hasil uji klinis suplementasi propolis pada OAT menunjukkan kelompok yang mendapat suplementasi propolis kadar 30% memperlihatkan respon kesembuhan dan pemulihan status gizi lebih cepat, serta liver yang lebih sehat.

Proses membunuh M.tbc. membutuhkan metabolit radikal dalam jumlah besar. Tubuh meresponnya dengan memobilisasi SGOT sehingga proses membunuh M.tbc. tetap efektif tanpa menimbulkan hepatotoksisitas.

Penelitian disertasi ini didanai dari Hibah Kerjasama Luar Negeri untuk Publikasi Internasional yang diketuai oleh Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS dengan mitra kerjasama Kassel University at Witzenhausen Jerman. (dh/sn)