Mahasiswa IPB : Keong Bakau Bisa Jadi Obat Hepatitis
Keong bakau merupakan salah satu hewan yang sering ditemukan dalam jumlah berlimpah. Keong jenis ini dipercaya memiliki kandungan gizi yang tinggi dan sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat pesisir. Penelitian terdahulu menunjukkan keong bakau memiliki kandungan protein yang tinggi sebesar dan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
Penyakit hepatitis merupakan peradangan sel-sel hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. Penyakit ini dapat juga disebabkan karena konsumsi obat-obatan pada dosis toksik yang dapat mengakibatkan kerusakan hepar. Senyawa antioksidan diketahui mampu menghambat terjadinya kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki sel hati yang rusak.
Pemanfaatan keong bakau saat ini belum dilakukan secara optimal padahal potensinya sangat besar untuk dikembangkan. Sehingga hal inilah yang mendorong Winda Aspika Reski Ananda, Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan penelitian terkait pemanfaatan lebih lanjut dari keong bakau.
Judul penelitiannya adalah Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Keong Bakau (Telescopium sp.) pada Tikus Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Parasetamol. Winda melakukan penelitian ini di bawah bimbingan Prof. Dr. Sri Purwaningsih dan Prof. Drh. Ekowati H.
"Saat ini obat hepatitis masih sulit didapat dan harganya pun cukup mahal. Di sisi lain, kita memiliki potensi yang besar dari keong bakau. Dengan aktivitas antioksidannya yang cukup tinggi, saya tergerak untuk melakukan penelitian ini”, kata Winda.
Winda melakukan penelitiannya dengan melihat pengaruh ekstrak keong bakau terhadap kadar enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase(SGPT), kadar malondialdehid (MDA), dan gambaran jaringan hati pada tikus.
Hasil penelitiannya menunjukkan ekstrak keong bakau memiliki kandungan senyawa bioaktif alkaloid, saponin, triterpenoid, dan steroid. Perlakuan pemberian ekstrak keong bakau pada hati tikus yang diinduksi obat parasetamol menyebabkan kadar MDAnya menurun. Hasil analisis histopatologi pada jaringan hati tikus menunjukkan adanya efek perlindungan dan perbaikan pada pemberian dosis 75 mg/kg BB.
Winda berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi tentang kemampuan keong bakau sebagai hepatoprotektor, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari keong bakau di Indonesia. “Saya juga berharap hasil penelitian ini dapat dikomersialisasi untuk kepentingan masyarakat luas”, tutupnya. (NIRS/Zul)