Peneliti IPB Rancang Hidrogel Penutup Luka Berbahan Kelapa Sawit

Peneliti IPB Rancang Hidrogel Penutup Luka Berbahan Kelapa Sawit

peneliti-ipb-rancang-hidrogel-penutup-luka-berbahan-kelapa-sawit-news
Riset

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian pada tahun 2013 produktivitas minyak sawit di Indonesia mencapai 27,74 juta ton dan setiap ton produksinya menghasilkan biomassa berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 1,1 ton.

Selama ini baru sebagian kecil TKKS yang dimanfaatkan. Misalnya sebagai pupuk organik untuk perkebunan kelapa sawit.  TKKS yang mengandung selulosa 44,4 persen, hemiselulosa 30,9 persen, dan lignin 14,2 persen belum dimanfaatkan secara optimal. TKKS dapat dimanfaatkan menjadi produk lain yang bernilai tambah tinggi.

Hal inilah yang mendorong Farah Fahma dan Faiza Ayu Lestari  dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Fateta- IPB) melakukan penelitian terkait pembuatan hidrogel nanofiber selulosa dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

Farah mengatakan, nanofiber selulosa mempunyai potensi yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan hidrogel karena bersifat hidrofilik. Hidrogel merupakan waterinsoluble polymer yang memiliki kemampuan mengembang (swelling) dalam air atau larutan tertentu untuk menahan sejumlah air atau larutan dalam strukturnya.

“Hidrogel telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai bidang aplikasi, salah satunya dalam bidang biomedis. Dalam bidang biomedis khususnya hidrogel dapat digunakan sebagai penutup luka, kontak lensa, matrik penurun demam, penghantar obat, dan lain-lain,” ujar Farah.

Farah menjelaskan, penutup luka yang ideal harus memiliki kriteria diantaranya tidak dapat ditembus  mikroorganisme atau dapat mencegah masuknya mikroorganisme ke tempat luka. Penutup luka dapat menyerap eksudat dan bahan toksik di permukaan luka, permeabel terhadap gas, mempunyai porositas yang cukup sehingga dapat ditembus  uap air, tidak bersifat toksik dan non alergik, dapat melekat dengan baik pada luka, dapat menyesuaikan dengan bentuk permukaan tubuh, serta mudah disterilkan.

Ia juga menambahkan, berdasarkan uji Acid Detergen Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF), selulosa yang didapatkan memiliki kadar selulosa 69,55 persen, hemiselulosa 17,76 persen, dan lignin 5,81 persen. Pembuatan hidrogel dilakukan dengan melakukan isolasi nanofiber, pengamatan terhadap ukuran nanofiber selulosa dan pembentukan hidrogel menggunakan proses vacum filtration dan alkaline treatment.

“Hidrogel yang dihasilkan menunjukkan bentuk yang lebih stabil dengan tingkat daya serap air yang tinggi. Hidrogel tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai penutup luka,” katanya.(AT)