Mahasiswa IPB Kurangi Pencemaran Logam Berat dengan Tanaman Azolla

Mahasiswa IPB Kurangi Pencemaran Logam Berat dengan Tanaman Azolla

mahasiswa-ipb-kurangi-pencemaran-logam-berat-dengan-tanaman-azolla-news
Riset

Sebuah penelitian mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan sebuah inovasi untuk mengatasi pencemaran limbah berat. Mereka adalah Aufa Zinda F, Alifda Qunur A, Ziyadatul Ulumil Adi Paoernomo (Fakultas Pertanian) dan Ridho Aaraasy (Fakultas Teknologi Pertanian) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P). Judul penelitian yang mereka angkat adalah “TABS (Teknologi Azolla sp. dan Bakteri Pereduksi Sulfat) sebagai Bioremediasi Air Asam Tambang”.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi limbah akibat hasil tambang dengan menggunakan tanaman azolla dan bakteri pelarut sulfat. Sehingga nanti diharapkan keduanya mampu mengurangi kadar logam berat pada air asam tambang,” kata Aufa.

Aufa menuturkan, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batubara terbanyak di dunia. Tahun 2005 Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai pengekspor batubara. Sektor tambang mempunyai dampak sebagai sumber kemakmuran dan pembangunan negara, namun di sisi lain dampak lingkungan menjadi hal yang paling utama.

Dia juga mengatakan, tingginya pencemaran logam berat di Indonesia sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat, sehingga pentingnya pengendalian logam berat untuk mencegah kerusakan ekosistem lingkungan. Isu tentang bahaya pencemaran logam berat tersebar luas di masyarakat luas, dan kenyataan benar bahwa logam berat dapat merusak tubuh dan lingkungan.

Bioremediasi merupakan salah satu cara yang diterapkan guna mengurangi pencemaran logam berat dengan bantuan mikoorganisme, tanaman hijau atau enzim yang dihasilkan untuk mengembalikan kondisi lingkungan normal. “Kelompok mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk bioremediasi ini yaitu azolla dan bakteri pereduksi sulfat (BPS),” ujarnya.

Azolla memiliki kemampuan untuk membersihkan logam-logam berat (Hg dan Cr) dalam air dan mengakumulasikannya dalam jaringan sehingga air menjadi murni. Sedangkan BPS mampu melakukan metabolisme sulfat dan mereduksinya menjadi gas Hidrogen Sulfida (H2S). Sehingga keduanya dapat dijadikan filter di sekitar tambang batubara sebelum air bekas tambang dialirkan ke aliran sungai.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, dan Laboratorium Kimia Tanah, IPB. “Tanaman yang kami gunakan dipilih yang mempunyai ukuran relatif sama. Masing-masing tanaman dimasukkan ke dalam kolam percobaan yang telah berisi media air asam tambang. Kemudian nanti dilakukan pengukuran berdasarkan parameter penelitian,” kata Aufa.

Hingga saat ini Aufa dan tim masih dalam tahapan menyelesaikan penelitian ini. Mereka berharap dengan adanya kombinasi azolla dengan bakteri pereduksi sulfat dapat mengatasi limbah pasca tambang dan mampu bekerja secara efisien dalam menanggulangi permasalahan air asam tambang.(AT/NM)