Coklove “Coklat Lele Oversize,” Camilan Berkalsium Tinggi
Kurangnya pemanfaatan ikan lele oversize membuat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mencari ide, agar ikan tersebut dapat mempunyai nilai jual. Selain itu, usaha pengolahan ikan lele hampir selalu menghasilkan produk samping, berupa padatan (tulang dan kepala) dan cairan yang memberikan dampak kurang baik terhadap lingkungan. Produk sampingan ikan lele yang sangat potensial sebagai bahan baku pembuatan tepung ikan tinggi Kalsium ialah tulang dan kepala lele. Seratus gram limbah tulang dan kepala lele mengandung 9.350 miligram Kalsium.
Satu sisi, Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia pada tahun 2014. Nilai jualnya baru dimanfaatkan sebesar 50 persen, akibat kurangnya teknologi pengolahan dan pengembangan produk. Coklat merupakan makanan yang amat digemari muda mudi, konsumsi coklat secara efektif juga dapat menurunkan risiko hipertensi.
Melihat peluang ini Ahmad Idris Abdurrohman beserta tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) IPB yaitu Achmad Yasin, Nurma Yulviarna, Euis Liawati, dan Muhamad membuat inovasi pengolahan kombinasi ikan lele oversize dengan coklat sebagai upaya diversifikasi produk perikanan yang berkalsium tinggi.
Coklove adalah produk makanan perpaduan antara coklat dengan ikan lele oversize yang berkalsium tinggi. Produk ini selain berupaya mengoptimalkan pemanfaatan lele juga membantu meningkatkan konsumsi Kalsium masyarakat Indonesia. “Lele mengandung kalsium tinggi dan coklat merupakan produk terbesar kedua di Indonesia,” ungkap mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini. Muhamad, salah seorang dari anggota tim mengungkapkan kelebihan produk ini terdapat pada kandungannya yang sehat. ”Kita memperkenalkan coklat ini dengan kandungan kalsium tinggi untuk memperkenalkan bahwa ini coklat sehat, makanya tagline-nya ituhealthy coklat, jadi inovasinya di situ,” ujarnya.
Saat ini tim PKM tersebut telah memproduksi coklove ukuran 20 gram dengan harga RP 5 ribu dan ukuran 100 gram dengan harga RP 22 ribu. Secara luas Ahmad dan tim memasarkan produknya melalui berbagai media sosial dan juga aktif di berbagai kegiatan bazar.
Proses pembuatan coklove dimulai dari pemilihan bahan baku yang terdiri dari: dark coklat, tepung tulang ikan lele serta ikan lele berukuran lebih dari 30 cm. “Daging lelenya dari Bogor. Soalnya di bogor itu produksi lelenya kan gede dan banyak yang oversize,” ujar Muhamad. Ikan lele dikukus hingga tekstur daging ikan menjadi lunak lalu disangrai, setelah itu dilakukan pelelehan cokelat dan tepung ikan lele. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan dan dimasukkan kedalam pendingin pada suhu 14 derajat Celsius. Kemudian produk dikemas dan siap dipasarkan.
Ahmad, Ketua tim PKM ini mengungkapkan bahwa inovasi mereka ini memiliki dua poin penting, “Dari PKM ini kami berharap dapat memberikan setidaknya dua solusi, satu mengangkat kesejahteraan petani lele dan yang kedua meningkatkan konsumsi kalsium masyarakat,” tuturnya. (IRM/Ris)